Hari ini bendera itu tidak berkibar
Umbul-umbul yang biasa ada tiap hari merdekapun tiada
Rumah-rumah serasa senyap dan sunyi
Tiada hingar bingar penuh canda tawa
Yang ada hanyalah sibuk dengan dunia masing-masing
Hari ini bendera itu tidak berkibar
Pekik merdeka hanya sayup-sayup terbawa angin
Maaf lupa, maaf tidak ada himbauan
Lagi sibuk cari makan untuk hidup
Ungkapan itu yang terlontar dengan sepinya merdeka
Merdeka yang sepi
Meski Ramadan bukan alasan utama
Merdeka hanya slogan iklan yang didengungkan
Bagai parfum Paris kelas satu diimpor dari Prancis
Memabukkan namun menjerumuskan
Merdeka yang sepi
Sepi dari panjat pinang, makan kerupuk, balap karung
Lomba-lomba yang teramat dirindukan
Hanya segelintir yang masih melaksanakannya
Kendati makna merdeka masih kabur
Merdeka yang sepi
Sepi bagai tanah kosong
Merdeka yang bermakna hampa
Sehampa tatapan pesimis anak bangsa
Yang terbelenggu oleh bangsanya sendiri..
Merdeka.....hanya bagi yang berkuasa
Yang atas saja enggan merayakan
Bagaimana dengan lapis bawah
Ah! merdeka dan merdeka
Yang tak terhayati oleh orang-orang 'lupa'
Merdeka!
Merdeka!
Merdeka!
dan sekali lagi merdeka!
Pekikkan meski dengan nafas hampir terputus
Bambang Priantono
18 Agustus/Ramadan/Pasa 2011/1432/1944
Indraprasta, Semarang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H