Yesus Kristusku dan surgaku, memang bisa berarti saya memiliki Yesus Kristus dan surga. Namun posisi kepemilikan tersebut, tidak bisa disamakan misalnya dengan kepemilikan saya atas mobil dan rumah saya. Dalam hal mobil dan rumah, saya sebagai pemiliknya, berkuasa penuh atasnya. Mau saya pakai sendiri. Mau saya jual atau saya berikan kepada orang lain. Itu terserah saya sepenuhnya.
Namun dalam hubungan saya dengan Yesus Kristus dan surga, pengertiannya sama sekali berbeda. Yesuslah yang memiliki saya. Surgalah yang memiliki saya. Dia Sang Pemilik dan saya yang dimiliki-Nya. Sehingga Ia yang menguasai dan menentukan hidup saya. Saya yang dependen atau tergantung penuh pada-Nya. Khususnya dalam hal surga.
Dalam tulisan saya sebelumnya, saya telah menjelaskan sedikit tentang surga. Tentang sebuah tempat atau suatu kondisi kehidupan yang wow sangat luar biasa. Surga atau syamayim atau ouranos atau heaven, yang kelak akan saya masuki itu, penuh keagungan, kemuliaan, kekudusan dan kehormatan. My heaven is so magnificent!
Sebagai manusia biasa, saya tentu pernah merasa sedih, kecewa, galau, geram, cemas dan sebagainya. Tapi perasaan seperti itu, biasanya tidak berlangsung lama. Itu cuma sebentar saja mengganggu saya. Kenapa? Sebab saya memang tak mau bersedih hati berkepanjangan. Saya tak sudi dijajah atau dirongrong oleh berbagai perasaan negatif seperti itu. Caranya bagaimana?
Caranya, saya memilih untuk mensyukuri dan menikmati segala kebahagiaan yang sudah saya miliki. Ketimbang bonyok oleh kegalauan, mending menikmati kebahagiaan. Dengan begitu, kebahagiaanlah yang berjaya. Sedang kesedihan akan terusir dan menyingkir. Ternyata kebahagiaan saya mampu mengalahkan kesedihan saya. Dan ketika kesedihan sudah ditaklukkan, maka masalah (yang sebabkan kesedihan itu) gampang dicari solusinya. Kesedihan lewat dan masalah pun beres!
Pertanyaannya, kebahagiaan yang mana, yang sanggup mengalahkan segala kesedihan saya itu? Saya punya banyak kebahagiaan. Tetapi saya hanya akan membahas dua kebahagiaan yang agung saja. Kebahagian agung yang pertama, adalah kebahagiaan karena saya sudah memiliki surga. Kebahagiaan yang kedua, adalah kebahagiaan yang lebih besar dan lebih agung lagi. Yaitu karena saya sudah memiliki dan dimiliki oleh Yesus Kristus.
Dua kebahagiaan akbar itu bisa dibedakan, tapi tidak bisa dipisah-pisahkan. Kebahagiaan memiliki Yesus, memunculkan kebahagiaan memiliki surga. Dua kebahagiaan yang saling memparipurnakan.
Apa Hubungan Yesus Kristus dengan Surga?
Keterkaitannya sangat erat sekali, dan tak terpisahkan. Kalau bicara tentang Yesus, pasti akan bicara juga tentang surga. Membicarakan Yesus Kristus tanpa membicarakan surga, Â paling banter cuma akan memuaskan "kekepoan intelektual" saja. Atau hanya akan menciptakan spekulasi-spekulasi filsafati saja. Atau hanya untuk memenuhi kepentingan akademis saja. Kering dan melelahkan.
Sebaliknya, jika bicara tentang surga, mau tidak mau harus bicara juga tentang Yesus Kristus. Tanpa membicarakan peranan mutlak Kristus, semua yang kita bicarakan dan lakukan adalah kesia-siaan saja. Tanpa Yesus Kristus, usaha apa pun untuk mencapai surga akan mentok dan deadlock. Yang ada cuma ketidakjelasan atau ketidakpastian. Bahkan berpotensi menyesatkan.
Itu sebabnya, ketika saya memikirkan Kristus, saya menjadi sangat excited dan antusias.  Ketika memikirkan atau membicarakan-Nya, serentak dengan itu "mata saya tertuju pada surga". Kepada "kehidupan kekal" di syamayim. Kepada "keselamatan kekal" di ouranos yang wow luar biasa itu. Dengan demikian, semua pergulatan Kristologis saya, selalu akan mengarah pada perkara Soteriologis. Pada perkara keselamatan kekal manusia.