Pada umumnya, semua orang ingin menjadi tajir, atau berlimpah dengan harta kekayaan. Semua orang juga kepingin jadi pribadi yang sukses. Apalagi sukses dalam berbagai bidang kehidupan. Semua orang pasti ingin pula, hidupnya berbahagia. Itu wajar, manusiawi dan sah-sah saja!Faktanya bagaimana? Ternyata memang ada orang yang berhasil dengan gemilang mencapai keinginannya. Sehingga menjadi orang yang kaya, sukses dan bahagia. Ada juga yang masih stagnan di tempatnya. Tanpa progress apa-apa. Belum bisa disebut gagal, namun sama sekali tak ada kemajuan. Mereka sedang terkatung-katung di tengah harapannya sendiri.
Tetapi, ada banyak lagi orang yang benar-benar sudah tersungkur dan menggelepar dalam kegagalan. Mereka menjadi begitu menderita, miskin dan penuh penyesalan, Mengapa bisa begitu? Memang ada beberapa faktor penyebabnya. Namun penyebab terbesarnya, ternyata terletak pada pola pikir atau mindset orang yang bersangkutan.
Setidaknya ada 3 pola pikir/mindset yang menyebabkan pemiliknya tergelincir ke kubangan kegagalan, kemiskinan dan kesengsaraan. Mindset yang bagaimanakan itu?
1. Mindset Penyandera
Orang yang berpola pikir seperti ini, suka sekali menyandera. Terutama menyandera dirinya sendiri. Karena tersandera, maka ia tak bisa bebas ke mana-mana. Dan tidak bisa melakukan apa-apa. Mulutnya hanya dipenuhi dengan kata-kata -- cuma, bukan, tidak, sulit, mustahil dan sejenisnya.
"Aku kan cuma tamatan Sekolah Dasar saja."
"Gue kan bukan anaknye orang tajir."
"Saya kan tidak punya modal untuk memulai usaha."
"Ana mustahil bisa berhasil di situ. Karena itu bukan bidang ana."
Itu adalah kata-kata yang sangat menyandera, sekaligus mengerdilkan diri mereka sendiri. Sehingga mereka menjadi pribadi yang tidak percaya diri. Tidak bersemangat dan tak bergairah. Yang pada ujungnya, menjadi takut mengambil keputusan yang penting.
2. Mindset PendakwaÂ
Orang yang berpola pikir seperti ini, amat gemar mendakwa atau mengambinghitamkan orang lain. Mereka piawai dalam menyalahkan orang lain. Mereka akan selalu berkata, bahwa dirinya adalah korban dari kesalahan yang diperbuat oleh orang lain. Maka keluarlah dari bibirnya, kata-kata yang seperti ini:
"Coba kalau ortu gue mampu kuliahkan gue. Pasti masa depan gue kagak sesuram ini."
"Gara-gara kakakku tak mau beri modal aku, maka aku tak bisa buka usaha apa pun."
"Minta laptop saja, nggak mau ngasi. Gimana aku bisa jadi penulis ngetop?"
Pikiran semacam itu, sangat menyesatkan dan kontraproduktif. Tidak akan memberi manfaat apa pun. Dan tidak akan mengubah apa pun. Baik bagi diri sendiri, apalagi bagi orang lain.
Akibatnya, si pemilik mindset itu, akan selalu dirundung kekecewaan, ketidakterimaan dan kemarahan. Kecewa dan marah terhadap siapa? Terhadap orang atau pihak yang dianggap telah bersalah kepadanya.
Parahnya lagi, pola pikir seperti itu, telah membuat pemiliknya buta. Ya, buta terhadap segala kekurangan dan kesalahannya sendiri. Ibarat, gajah di pelupuk mata tak tampak, tapi semut di seberang lautan tampak.