"Jadi semua tulisan fiksi itu adalah hasil imajinasi atau rekaan penulisnya saja ya Bapak?"
"Tidak sepenuhnya begitu. Biasanya kebanyakan justru perpaduan dari banyak hal. Yaitu, antara imajinasi, logika, pemahaman dan pengalaman (sendiri atau orang lain). Juga inspirasi  maupun rujukan dari mana saja. Pendeknya menulis fiksi itu banyak kebebasannya deh."
"Saya pribadi, banyak mendapat inspirasi dan motivasi justru dari membaca cerita fiksi."
"Benar Pak Sigit. Karya ilmiah atau akademik akan mempengaruhi otak kita. Tapi karya fiksi akan mempengaruhi hati dan emosi kita."
"Namun, dua-duanya sama-sama kita butuhkan ya, Pak?" komentarnya.
"Yes, betul sekali Sampean!"
"Jadi pilihan Bapak dalam berkarya sudah mantap ya, Pak Pendeta?"
"Ya, saya memilih menulis karya fiksi saja. Tapi sesekali saya akan menulis juga karya yang berkategori humaniora."
"Meski begitu, penulis fiksi itu bisa terkenal dan bisa kaya raya, lho Bapak. Apalagi kalau sampai difilmkan. Contohnya, J.K. Rowling, penulis Harry Potter."
"Saya ini khan penulis pemula. Jadi ya belum sampai memikirkan hal-hal itu. Hal itu saya serahkan saja pada Sang Kreator Agung, Yesus Kristus."
"Tapi bagi Tuhan khan tak ada yang mustahil, Bapak."