"Ternyata Pak Kades kita, kini sedang berbahagia. Beliau baru menikah. Dan kini lagi berbulan madu..."
"Hei, jangan ngaco kamu!"
"Aku tidak ngaco, Kang. Ini aku baru saja terima kiriman pesan WA tentang itu. Malah dilengkapi dengan beberapa fotonya. Ini buktinya.......!" Kontan saja mereka semua berebut ingin melihat foto-foto itu. Semuanya diliputi perasaan yang campur aduk.
"Kalau gitu, kita semua sebagai warganya, patut bersyukur dan berbahagia. Sebab, pemimpin kita sudah punya pendamping hidupnya." Pak Carik tampil menengahi.
"Tapi, gimana dengan cewek yang hamil itu, Pak?"
"Itu biar diselesaikan oleh beliau sendiri nanti. Yang jelas dan yang penting, beliau itu masih hidup dan sehat. Itu yang membuat kita plong sekarang. Sebentar lagi pasti beliau akan pulang juga."
"Kalau gitu, yuk kita pulang semua!"
Baru saja mereka bangkit dari duduknya, tiba-tiba masuklah sebuah taksi ke halaman rumah Pak Kades. Lantas turunlah dari taksi itu, seorang bapak tua berambut putih. Kakek itu berkacamata dan berjaket. Di lehernya melilit sebuah syal tebal, dan di tangan kanannya memegang sebuah tongkat. Pria itu mengangguk sambil memberi salam: "Selamat malam!"
"Maaf, Bapak dari mana dan mau ketemu dengan siapa?" Pak Carik bertanya.
Karena bapak itu mengaku sebagai pamannya Pak Kades, maka Pak Carik perintahkan Sukaryo (pembantu di rumah itu) untuk melayani dan menyiapkan sebuah kamar bagi tamu itu.
Pak Carik dan semua tetangga pun mulai bergerak untuk meninggalkan rumah itu. Namun, sebelum mencapai pagar depan, mereka dikejutkan lagi dengan kedatangan satu regu aparat bersenjata lengkap yang baru turun dari beberapa buah mobil khusus. Semua orang yang berada di situ keruan saja kaget, agak takut dan bingung bukan main. Ada apa ini?