Jennifer atau biasa dipanggil Jenie, telah pulang kampung. Berita tentang kepulangan Guru Cantik itu, kuterima dari Anto tujuh bulan yang lalu. Tetapi, waktu itu aku tak tertarik menanggapinya. Jadi berita itu menguap begitu saja dilahap waktu. Â
Dua belas tahun lalu, aku dan Jenie memang pernah menjalin suatu hubungan spesial. Namun, karena telah terjadi kesalahpahaman dengan ibunya, hubunganku dengannya terhenti begitu saja.
"Dia masih sendiri, lho!" tutur Anto.
"Memang kenapa?"
"Ente kan masih menjomblo. Artinya ada peluang bagus untuk menyambung kembali hubungan kalian. Ibunya kan sudah meninggal dunia. Jadi sekarang tak ada penghalangnya sama sekali."
Gagasan Anto itu sesungguhnya sangat menarik. Tapi sekali lagi kukatakan, saat itu aku seperti kehilangan gairah untuk meresponsnya. Apa hatiku sudah mengerontang, dan tidak ada lagi secuil pun cinta di dalamnya? Aku tidak tahu!
            ***
Malam ini, hembusan sang bayu  perkasa sekali. Dalam dua menit saja berada di halaman muka rumahku untuk menutup pintu pagar depan, aku sudah kedinginan. Maka kuputuskan untuk duduk-duduk santai saja di ruang tengah sambil nonton teve. Dan di tengah asyiknya menikmati sebuah acara talk show, tiba-tiba fokusku pecah karena masuknya bunyi panggilan telepon ke ponselku.....
"Ya halo, To....ada apa?" tanyaku pada Anto.
"Ini ada berita yang sangat serius tentang Jennifer." Dari nada suaranya, tegas sekali kadar keseriusannya.
"Memang kenapa dia?"