Mohon tunggu...
Bambang M Permadi
Bambang M Permadi Mohon Tunggu... Freelancer - Catatan dari tepian Sungai Kahayan

.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mengetuk Pintu Surga

28 Oktober 2022   06:57 Diperbarui: 28 Oktober 2022   06:59 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto : free4kwallpapers.com

Segelintir manusia baru ingat kepada Tuhannya hanya saat terdesak didera kesulitan. Atau meminta pertolongan Tuhan  untuk mengejar ambisi duniawi. Tapi manusia  terkadang terlalu mudah lupa untuk mengucap syukur atas kemurahan yang diberikan Sang Pencipta.

Suatu pagi di penghujung Oktober, drama adu penalti sepak bola wanita U-17 di tayangan televisi menyita perhatian. Saat itu yang bertanding adalah Timnas U-17 Nigeria dan U-17 Colombia. Adu penalti dalam pertandingan sepak bola selalu membawa aura ketegangan. Baik penonton dan  suporter, apalagi para pemain yang terlibat langsung di lapangan.

Tak sembarang pemain dapat ditunjuk sebagai eksekutor. Selain tendangannya harus jitu sang pemain juga harus siap mental. Sebagai eksekutor penalti tentu tekanan psykologisnya cukup tinggi. Ribuan mata penonton tertuju ke mulut gawang dan menanti apakah tendangannya akan berhasil memperdaya penjaga gawang lawan dan menghasilkan gol.

Kembali ke layar kaca, sesi menegangkan itupun dimulai. Penjaga gawang U-17 Nigeria bersiap di mulut gawang, sementara dari jarak 12 meter eksekutor U-17 Colombia juga bersiap melesakkan bola. Wajahnya tegang, mulutnya komat-kamit  penuh makna. Demikian pula sang penjaga gawang. Saat bersamaan banyak orang terlihat berdo'a , terutama para pemain, pelatih dan official. Menariknya, yang berdo'a tak hanya tim dari Colombia, tapi juga tim Nigeria. Semuanya berdo'a meminta pertolongan Tuhan untuk dapat mengalahkan lawannya.

Saya mencoba menerka, saat itu permohonan do'a apa yang mereka mohonkan kepada Tuhan. Tim Colombia yang melakukan tendangan penalti pasti berdo'a agar tendangannya masuk gawang. Sementara tim Nigeria  memohon do'a agar tendangan penalti lawannya gagal.

Permintaan do'a beda konten itu dilakukan berulang bersamaan dengan pergantian tendangan penalti. Akhirnya drama yang menyita emosi itu berakhir. Tim U-17 Colombia tampil sebagai pemenang.

Dengan kemenangan itu, apakah berarti hanya permintaan do'a tim Colombia yang didengar Tuhan ? Tentu tidak ada yang dapat menjawabnya, karena umat manusia tak mampu menerka-nerka  rahasia Illahi. Bisa saja beberapa waktu berikutnya tim Nigeria justru malah lebih moncer  prestasi sepakbolanya.

Saya mencoba mengutip tulisan menarik dari laman https://gkdi.org tentang permohonan do'a ; Suatu hari, seorang pria yang tidak bisa berenang mengalami kebanjiran. Ia seorang yang percaya kepada Tuhan , rajin berdoa, dan religius. Karena banjir itu semakin meninggi hingga mencapainya, pria itu meminta  pertolongan Tuhan .

Tak lama, datanglah regu penolong yang mengendarai perahu karet. "Ayo, lompat ke sini," kata mereka. Namun, pria  itu menolak , karena percaya Tuhan sendiri yang akan menolongnya. Perahu itu pun pergi. Kemudian datang lagi perahu karet lain dan tetap ditolak.Terakhir, datang sebuah helikopter untuk memberikan bantuan , tapi juga ditolak.

Singkat cerita, pria ini meninggal karena tenggelam. Dalam perjalanan menuju alam baka, ia bertemu Tuhan dan bertanya, " Tuhan , aku telah berdoa  agar menyelamatkan aku. Mengapa Tidak  Membantuku?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun