Mohon tunggu...
Bembeng Je Susilo
Bembeng Je Susilo Mohon Tunggu... profesional -

FIMAKAHA INSTITUTE. Training For Elevating! Membumikan Inspirasi. Hidup mesti dilakoni dan dimaknai, berhenti berarti mati. Static means death. DPD HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia) Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Multikulturalisme Indonesia

11 Oktober 2014   20:05 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:27 3149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1413007258606169223


Sebagai sebuah negara dengan keanekaragaman dalam banyak hal, ditengarai Indonesia rawan terhadap konflik. Konflik adalah suatu hal yang amat niscaya dalam sebuah negara dengan berbagai perbedaan sedemikian itu. Sejatinya—jika saja kita menyadari—perbedaan yang memang sudah ada sejak lama di negara ini, bukanlah suatu hal yang harus dipertentangkan. Justru semua itu merupakan aset bangsa yang mesti disyukuri sebagai sebuah rahmat.

Bangsa Indonesia sudah ribuah tahun terbiasa hidup dalam perbedaan. Masalah SARA telah menjadi menu harian kehidupan masyarakat yang majemuk. Namun toh demikian, hingga sekarang bangsa ini masih tetap utuh berdiri tegak dalam bingkai NKRI. Hal ini menandakan bahwa rakyat Indonesia telah memiliki kesadaran cukup tinggi akan semangat multikulturalisme.

Multikulturalisme berasal dari dua kata, yaitu multi (banyak/beragam) dan kultural (budaya atau kebudayaan), yang secara etimologi dapat berarti keberagaman budaya. Budaya yang mesti dipahami, adalah bukan budaya dalam arti sempit, melainkan mesti dipahami sebagai semua bagian manusia terhadap kehidupannya yang kemudian melahirkan banyak wajah, seperti sejarah, pemikiran, budaya verbal, bahasa dan lain-lain.

Multikulturalisme adalah sebuah filosofi yang juga ditafsirkan sebagai ideologi yang menghendaki adanya persatuan dari berbagai kelompok kebudayaan dengan hak dan status sosial politik yang sama dalam masyarakat modern.Bangsa Indonesia melalui para founding fathers, dengan amat briliant dan dengan kearifantelah lama mencermati dan mengantisipasi adanya berbagai perbedaan tersebut. Mereka telah merumuskan konsep multikulturalsime dalam bingkai nan amat elok melalui semboyan “Bhineka Tunggal Ika”. Sebuah konsep yangme-ngandung makna yang luar biasa, baik makna secara eksplisit maupun implisit.

Secara eksplisit, semboyan tersebut merujuk pada keanekaragaman yang dimiliki oleh bangsa ini, sebagai sebuah bangsa yang multikultural akan tetapi bersatu dalam satu kesatuan yang kokoh.

Secara implisit “Bhineka Tunggal Ika” mampu memberikan dorongan moral dan spiritual kepada bangsa Indonesia untuk senantiasa bersatu padu  melawan segala bentukketidakadilan dan rongrongan dari pihak luar yang mencoba mengobok-obok bangsa ini.

Pancasila Sebagai Perekat

Indonesia memiliki Pancasila sebagai ideologi bangsa. Pancasila adalah sebuah kenyataan sejarah yang tak dapat dipungkiri telah berkontribusi amat besar terhadap keberlangsungan bangsa hingga saat ini. Melalui Pancasila—bangsa Indonesia—dengan sila-sila yang terkandung di dalamnya mampu menampilkan sistesis harmonis antara berbagai keragaman yang ada di negeri ini; pluralitas agama, multikultural, kemajemukan etnis, serta ideologi sosial politik.

Pancasila—sebagai sebuah ideologi—oleh karenanya sangat diharapkan mampu menjadi jalan tengah sekaligus jembatan yang akan menjembatani perbedaan yang ada. Mampu mengakomodasikan seluruh kepentingan kelompok sosial yang multi etnis dan agama. Termasuk membuka diri dalam memberikan ruang berkembangnya ideologi sosial politik yang pluralistik.

Tatkala Indonesia mengalami transisi menuju demokrasi tahun 1998-1999, negara memberi ruang yang lebih luas kepada masyarakat untuk mengekspresikan identitas ideologis sosial politik yang diinginkan menurut kepentingan masing-masing. Segenap warga bangsa menyambut hal ini dengan penuh semangat dan suka cita, dikarenakan memperoleh kebebasan yang selama ini didambakan.

Dilain pihak muncul kekawatiran sementara pihak hal tersebut akan memunculkan ketegangan dan gesekan antar golongan. Bahkan sementara pengamat Barat meramalkan bahwa bangsa Indonesia berpotensi untuk mengalami “Balkanisasi”.

Kenyataannya hingga saat ini bangsa Indonesia masih kokoh bertahan dengan identitas kebangsaannya sebagai bangsa yang majemuk dengan beragam perbedaan, dan tetap berdiri tegak sebagai negara kesatuan yang berdaulat. Hal ini menunjukkan bahwa multikulturalisme telah lama berakar dan mendarah daging di benak warga bangsa Indonesia.

Landasan Multikulturalisme

Memperhatikan kondisi bangsa Indonesia terkini dan untuk mengatisipasi terjadinya disintegrasi bangsa, tampaknya pemerkuatan multikulturalisme merupakan hal yang mendesak. Pemerkuatan multikulturalisme agar berjalan efektif dan berdaya guna, kiranya perlu berlandaskan pada lima pilar berikut;

Pertama, berpegang pada kebenaran dan berusahamemperjuangkannya. Pengungkapkan kebenaran mesti dalam rangka kebaikan bersama tanpamengorbankan pihak lain. Kebenaran yang dipraktekkan dengan cara demikian akan dapat mengatasi sekat-sekat perbedaan  paham, aspirasi, ras, suku, ideologi bahkan keyakinan agama.

Kedua,melakukantugas dan kewajiban dengan orientasi demi kepentingan dan kebaikan masyarakat, bukan pribadi dan golongan. Menumbuhkan kesadaran akan pentingnya rasa cinta dan sikap patriot terhadap tanah air, bangsa dan negara.

Ketiga,menyebarkan rasa damai setiap saat yang bersumber dari ke-sadaran dan ketulusan. Memiliki visi yang memancarkan kesucian jiwa yangmenghasilkan kedamaian dan kebahagiaan bagi semua. Tiada lagi pe-rasaan iri hati dan dengki, serta bisa memperlakukan semua anak bangsa secara adil tanpa dibayangi ikatan primordialisme.

Keempat,memupuk cinta kasih murni tanpa ego. Berjiwa besar, mengakui persaudaraan antar manusia, memperlakukan semua orang sebagai saudara dan mencintai sesama sebagaimana mencintai diri sendiri.

Kelima, cinta damai dan anti kekerasan. Kekerasan hanya akan me-ngundang munculnya kekerasan baru. Dengan anti kekerasan setiap orang atau kelompok sebagai komponen bangsa ini akan dapat menata diri seca-ra inklusif, mengedepankan penerimaan tanpa diskriminasi, serta menghindari persaingan yang  memicu konfik kepentingan.

Penutup

Perbedaan akan selalu muncul sebagai akibat adanya pluralitas budaya, etnis, sistem nilai dan agama. Perbedaan mesti disikapi dengan dialog demi menemukan titik temu dan konsensus bukan dengan kekerasan atau penghancuran satu dengan lainnya. Dalam konteks ini multikulturalisme relevan untuk diterapkan dalam masyarakat majemuk seperti Indonesia. Salam!

Dari berbagai sumber

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun