Rezeki yang Sangat Besar
Rabu, 2 Mei 2012
[caption id="" align="aligncenter" width="300" caption="Fokus pada Pasangan, bukan Pestanya | sumber : fardelynhacky.multiply.com"][/caption] Ippho Santosa :
Assalamualaykum warahmatullohi wabarakatuh
Selamat Pagi teman-teman
Pagi ini kita akan membahas tentang rezeki yang sangat besar. Penasaran? rezeki yang besar itu sesungguhnya adalah jodoh. Sekarang kita akan membahas bagaimana menjemputnya dan mempercepatnya. Menurut saya, orang Indonesia itu saat menjelang menikah suka bertele-tele. Kadang prianya udah ada, wanita udah ada, orangtua juga udah setuju tapi nggak nikah-nikah juga, kenapa? belum punya uang katanya, belum punya modal katanya. Saya bilang sama dia, ini dagang apa nikah? Yang perlu modal tuh dagang! Kalau nikah sebenarnya tidak harus sampai seperti itu. Misalnya kita sudah punya pekerjaan atau sudah berdagang, pokoknya sudah ada income gitu bolehlah langsung nikah. Jangan sampai kita menunda menikah hanya gara-gara tidak punya biaya pernikahannya. Hal ini seperti kita menunda sholat hanya karena belum ketemu sajadah yang bagus. Ini sayang banget menurut saya. Jadi kalau kita menunda sholat pun bukan hanya karena hal yang remeh temeh seperti itu, mungkin kita dalam perjalanan atau yang lain. Nikah juga demikian, jangan sampai ditunda hanya karena masalah itu. Belum ada uang untuk bikin undangan yang bagus, untuk pesta, inilah, itulah, dsb. Yang dianjurkan dalam agama adalah memberitahu orang lain, bukan pesta. Beda lho. Kita seringnya fokus di pestanya. Maka, saran saya disegerakan saja. Itu yang pertama.
Kedua apa? menikah itu nggak harus lewat fase pacaran. Saling kenal pun tidak harus dengan pacaran. Ada istilah, bukan tak kenal maka tak sayang, tetapi tak kenal maka ta’aruf. Saling kenalnya disitu saja, cukup itu. Saya punya seorang teman. Lalu ada seorang karyawati yang melamar pekerjaan di tempat yang ia pimpin, dan diterimalah sama dia. Dia perhatikan, ternyata si karyawati ini tiap kali sholat dia nangis. Dipanggil sama dia, lalu bertanya “kenapa kamu nangis, ada masalah ya?”. Kita biasanya gitu, kalau ada sholat menangis biasanya karena ada masalah kan. Ternyata ia menangis bukan karena masalah. Perempuan itu tiap kali sholat memang nangis gitu. Itulah cara dia berdialog dengan Allah. Wah. Pernyataan itu yang bikin temen saya itu gemetar luar biasa. Dia bilang, “Ya udah, kalau gitu kamu berhenti bekerja di sini”. Trus ngapain? selanjutnya dia bilang “Kamu nikah sama saya”. Ceritanya seperti itu. Dan beberapa hari kemudian, langsung si atasan pria itu ngelamar si perempuan tadi. Memang prosesnya tidak cepat-cepat, tapi hanya seminggu dua minggu saja setelah itu. Akhirnya mereka menikah.
Saya ada pesan untuk para wanita. Salah satu ciri pria yang serius adalah jika dia berani menetapkan kapan dia melamar dan kapan menikah. Kalau dia tidak bisa menyebutkan kapan tanggalnya, berarti dia tidak serius. Begitu juga dengan misalnya kita direktur, punya project manager di lapangan dan kita tanyai dia, “kapan proyek ini bakal beres?”, kalau dia bilang, “oh, mudah-mudahan akhir bulan ini pak” berarti dia serius. Namun jika dia tidak bisa menjawab berarti dia tidak serius. Nah pria juga seperti itu, jika tak berani menetapkan tanggal berarti dia tidak serius. Saran saya, buang kelaut aja udah! biar main sama ubur-ubur gitu, hehe.
Ini beneran ya, pacaran berabad-abad sekalipun gak ada jaminan. Saya nggak perlu ngasih contoh lah. Temen-temen bisa liat sendiri, saudaranya atau temennya, berapa banyak yang pacaran lama akhirnya tidak nikah. Berapa banyak yang kenalnya cuma sebulan dua bulanan aja akhirnya nikah. Banyak kan? jadi pacaran itu memang tidak jaminan, dan memang tidak diajarkan oleh agama. Menariknya lagi, ternyata menikah itu rezeki. Kalau orang belum menikah agamanya itu masih setengah. Kalau belum menikah pula, saldonya juga masih setengah. Belum nikah, enaknya juga masih setengah. Nah.... makanya disegerain aja. Nikah itu rezeki, nggak percaya? lihat saja abang kita, paman kita, tante kita, mereka yang sudah menikah, biasanya rezekinya membaik. Coba aja liat, gaji mungkin sama, tetapi nggak tahu dia malah bisa nyicil rumah, beli kendaraan, dsb. Minimal, dia jadi gemukan, haha.
Nikah itu rezeki, nah untuk membahas hal ini lebih lanjut saya mengundang teman dan saya juga sering berkonsultasi dengan beliau. Namanya pak Indra, beliau memang mendalami di bidang jodoh dan pernikahan ini. Beliau adalah seorang Consuller untuk bidang ini.
Indra :
Jangan disiapin masalah weddingnya yang ribet-ribet deh. Gak ada manfaatnya. Jadi yang lebih penting adalah cari tahu dulu siapa pasangan kita. Tadi saya setuju banget tuh, kalau kita harus berbisnis kita cari tahu calon partner bisnis kita seperti apa, value yang dia punya, prinsip-prinsip yang dia pegang. Nomor satu yang paling penitng adalah cari tahu akhlaknya. Jangan sampai setelah menikah, ternyata tidak sesuai yang kita perkirakan. Ternyata nasehat orang jaman dulu nih, yang katanya bibit, bebet, dan bobot itu luar biasa bagus lho. Cuma, sekarang kita bawa itu ke masa kini. Bukan dari darah birunya, tetapi cari tahu akhlaknya gimana, karakternya, prinsip-prinsip yang dia pegang, kurang lebih seperti itu. Lalu kita cari tahu, apakah sesuai nggak dengan value dan prinsip-prinsip yang kita punya. Ada satu contoh nih, ada pasangan yang telah lima belas tahun menikah, ternyata ada orang yang baru tahu bahwa pasangan orang ini ternyata nggak percaya Tuhan. Ini kan nyesek banget. Udah lima belas tahun kok baru sadar gitu lho. Lalu, jadi bingung apa yang harus dilakukan?
Nah, buat temen-temen nih, mumpung belum nikah cari tahu bagaimana pasangan kita itu, jangan memaksakan diri. Maksudnya apa? yakni kalau sejak awal sebelum menikah ada gejala-gejala kayaknya karakternya nggak bagus, akhlaknya nggak bagus, jangan dipaksain masih ada kok yang lain.
Ippho : Lalu prinsip terima apa adanya gimana tuh pak?
Indra :
Wah, itu prinsip yang paling mematikan menjelang pernikahan. Jadi, implisit dari prinsip terima apa adanya adalah, kalau saya minus maka terimalah saya minus, kalau saya biasa ngomongnya kasar ya terimalah seumur hidup saya ngomong kasar. Itulah adanya saya. Kalau saya males, terimalah bahwa saya males, kalau saya judes terima seumur hidup bahwa saya judes. Jadi, prinsip itu terdengar indah, tetapi sangat mematikan dalam kehidupan pernikahan. Jadi, jangan pernah terima prinsip terima apa adanya. Satu lagi nih, bocoran untuk yang mencari calon pasangan. Carilah pasangan yang mau tumbuh, yang mau berubah. Kenapa? seseorang kan dituntut terus berubah. Pada saat dia mengatakan terima saya apa adanya, berarti dia menolak untuk berubah. Itu berat nanti perjuangannya ke depan.
Ippho :
Nah, jadi yang saya pelajari barusan dari Pak Indra, ternyata seindah-indahnya pacaran sebelum menikah, lebih indah lagi tuh pacaran setelah menikah seperti yang disarankan oleh Pak Indra tadi. Trus dia bilang juga tadi bahwa menjelang menikah itu fokus pada pasangannya, bukan pesta pernikahannya, bukan weddingnya. Kita biasanya invest waktu, invest uang pada itu. Apalagi harus dibahas bersama keluarga yang pake berantem segala. Nentukan warna ini warna itu, adat ini adat itu, bukan tentang pernikahannya. Jadi tidak dipersiapkan pada orang yang akan menjalani pernikahan tersebut. Nah, kita kan sekarang udah tahu ilmunya, ya udah tinggal praktekkin aja. Kalau misal nih, keluarga kurang setuju atau apa, kita dialog ke mereka, yang penting kita udah tahu ilmunya. Kita kasih tahu pelan-pelan ke papa, mama, atau calon mertua. Ini nih, yang bagusnya seperti ini dsb. Oke, mungkin itu aja, sharing kita pada pagi hari ini. Semoga bermanfaat
Assalamualaykum warahmatullahi wabarakatuh
Selamat pagi temen-temen
Semoga berkah, berlimpah!
________
Tulisan ini adalah hasil penyampaian dalam bentuk tulisan dari sebuah Acara di Trans7, yaitu Pintu Rezeki. Ditayangkan setiap Selasa dan Rabu pukul 04.50 - 05.00 WIB (06.50 - 07.00 WIT). Saya berusaha menuliskannya setiap episode untuk teman-teman yang tidak sempat menonton karena barangkali masih di Masjid atau sudah bersiap berangkat bekerja. Tanggal 01 Mei 2012 listrik rumah padam, jadi tidak bisa saya liput
Semoga bermanfaat
_______ Episode lain :
- ippho-saya-sarankan-untuk-umrah-dan-mengumrahkan - sedekah-menabung-dan-asuransi - kapolres-garut-disiplin-itu-menghargai-diri-sendiri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H