Kejuaraan bulutangkis All England mulai digelar kemarin, rabu 14 Maret 2018, dan puncaknya minggu 18 Maret 2018. Berbagai pemain top dunia ikut pada kejuaraan bulutangkis tertua ini. Indonesia pun tak ketinggalan mengirimkan wakil-wakilnya di 5 sektor.
Hanya sayangnya, Tidak ada televisi nasional yang menyiarkan All England kali ini. Termasuk Kompas TV yang tahun lalu rutin menyiarkan berbagai turnamen BWF, bahkan sampai puncaknya yaitu Dubai World Superseries Finals. Pecinta olahraga tepok bulu tanah air pun bisa menyaksikan para perjuangan pemain Indonesia meraih gelar. Seperti pasangan Marcus/Kevin, Liliyana/Tantowi, Gresysia/April, Rian/Fajar, juga tunggal putra Antohny Ginting.
Tentu saja hal ini membuat para Badminton Lovers agak galau, termasuk saya awalnya. Bagaimana pun juga, Kompas TV itu bagaikan air di padang tandus, karena Kompas TV yang masih konsisten menyiarkan turnamen-turnamen seru. Memang sih, bisa juga menyaksikan lewat live streaming. Tapi bagi saya, enakan menyaksikan lewat televisi. Selain ada komentatornya, juga ada replay-nya hehehe...
Berbagai komentar pun bergulir sehubungan Kompas TV tidak menyiarkan All England ini. Banyak juga yang mengatakan, kalau Kompas TV tidak konsisten dengan tagline-nya 'House Of Badminton'. Apa Kompas TV tidak bis beli hak siar, ya? Lalu saya pun kepikiran, coba diadakan pengalangan dana, agar pecinta bulutangkis tanah air, tetap bisa menyaksikan All England.
Namun ternyata semua itu ada sebabnya. Dan saya mencoba mengulasnya dari sudut pandang saya sendiri. Jadi bila ada beda pendapat, anggap saja warna-warni kehidupan ya... caila.. hahaha
Dari kabar awal yang santer terdengar, tahun ini harga beli hak siar melonjak tajam. Tentu saja ini bisa jadi kendala utama. Makanya saya pun semakin semangat kalau ada penggalangan dana. Kalau satu orang menyisipkan 10 ribu saja, kali banyak, pasti hasilnya juga banyak hehehe. Masalah beli hak siar pun, pasti bisa diatasi.
Tapi ternyata, ada kendala kedua. Kalau pun Kompas TV sanggup membeli, ternyata ada kendala lain yaitu masalah jam tayang pertandingan. Dulu itu, penayangan bulutangkis paling cepat dimulai dari babak kedua. Itu pun turnamen-turnemen kelas atas, seperti All Englanddan superseries lainnya. Turnamen-turnamen level bawahnya, baru menyiarkan pertandingan saat babak perempat final atau semi final.Â
Bagi pemirsa, mungkin ini asyik-asyik saja. Tapi bagi stasiun TV, termasuk Kompas TV, ini bisa jadi kendala. Saat pertandingan ada 5 partai saja, itu bisa kurang lebih 5 jam. Apalagi kalau semua rubber game. Bisa dibayangkan, waktu tayang 10 partai. Kemarin saja saat babak pertama, pertandingan dimulai pukul 4 sore waktu Wib, dan baru selesai lewat tengah malah. Hitungan kasarnya setiap pertandingan menghabiskan waktu 1 jam. Jadi 10 pertandingan ada 10 jam.Â
Kompas TV adalah stasiun TV Nasional. Artinya Kompas TV menyajikan berbagai acara. Kalau misalnya 10 jam terpakai untuk bulutangkis saja, maka otomatis jam tayang acara lain bisa tergusur, bahkan batal tayang. Padahal Kompas TV juga punya jadwal siaran langsung. Misalnya berita.
Sari hal-hal inilah, kini saya memahami, sebabnya Kompas TV tidak menayangkan All England. Bukan karena kompas TV tidak konsisten, hanya memang ada hal-hal yang memberatkan. Dan saat memposisikan diri saya ada di Kompas TV, saya memang merasakan hal itu.