Oleh: Bambang Iman Santoso, Neuronesia Community
Senin, 11 Juli 2022. Pada akhir tahun yang lalu, saat pandemi COVID-19 masih berlanjut, penulis bersama seorang sahabat perempuan senior yang sukses berkarir di bisnisnya, pernah merencanakan mengadakan suatu acara hibrid; serial webinar dan seminar offline membawakan topik seperti pada judul tulisan ini. Salah satu tujuan diskusi topik ini adalah ingin menyadarkan kembali betapa pentingnya peranan perempuan di balik perubahan global yang terus terjadi. Salah satu satu kutipannya di dalam proposal tersebut; "Sadarkah Perempuan bahwa Perubahan terus terjadi dan semakin cepat terjadinya".
Seperti kita ketahui bersama; perubahan terus terjadi dan semakin cepat terjadinya. Linkungan bisnis terdisprusi oleh perubahan. Terutama disrupsi teknologi, khususnya teknologi informasi digital sangat memengaruhi perubahan lingkungan bisnis hampir di seluruh sektor industri. Agar perusahaan tetap sukses dalam menjalankan bisnis dan untuk kemajuan bangsa ini di atas perubahan tadi, dibutuhkan kepemimpinan yang tangguh. Termasuk potensi kepemimpinan perempuan Indonesia.
Perubahan yang semakin cepat dan terus terjadi itu selalu bergejolak (volatility), penuh ketidakpastian (uncertainty), sangat rumit (complexity), dan membingungkan (ambiguity). Dikenal dengan istilah 'Dunia yang VUCA'. Istilah VUCA dipergunakan pertama kali pada tahun 1987, berdasarkan teori kepemimpinan Warren Bennis dan Burt Nanus (Wefald and Katz, 2011). US Army War College memperkenalkan konsep VUCA untuk menggambarkan dunia multilateral yang lebih tidak stabil, tidak pasti, kompleks, dan membingungkan yang dianggap sebagai akibat dari akhir Perang Dingin (U.S. Army Heritage and Education Center, 2019). Kemudian pada tahun 2018 Prof. Ian C. Woodward dari Insead menambahkan huruf 2 D menjadi D-VUCAD; disrupsi dan diversity (Woodward, 2018).
Masyarakat Perempuan 5.0
Dame Shellie Hunt pada situs women powered global, menyampaikan kepada kaum perempuan;  "You are a Citizen of Global Change. You're  the change the world is waiting for". Perempuan adalah warga perubahan global. Melalui perempuan diharapkan adanya suatu perubahan positif yang ditunggu-tunggu dunia. Kira-kira seperti itu makna dari kalimatnya.
Disrupsi Teknologi seperti pada  big data, kecerdasan buatan (artificial intelligence), pembelajaran mesin (machine learning), internet of things (IoT), blockchain, mobil otonom, dan printer 3D mengubah semua aspek kehidupan kita dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya.Â
Kaum perempuan bukan saja hanya perlu beradaptasi, tetapi juga harus mampu mengelola transformasi yang dibawa oleh teknologi ini.Â
Dari sini lah dimulai kisah Masyarakat Perempuan 5.0. Kehidupan masyarakat 5.0 atau society 5.0 merepresentasikan 'masyarakat yang super cerdas' yang telah kita capai sebagai umat manusia mengikuti tahapan perkembangan sebelumnya, yaitu; pemburu-pengumpul (society 1.0), agraris (society 2.0), industri (society 3.0) dan masyarakat informasi (society 4.0).
Society 5.0 merupakan visi mencapai masyarakat teknologi yang berfokus pada manusianya (human-centered society), di mana setiap individu dapat menikmati kualitas hidup yang lebih baik. Hal ini merupakan suatu bahasan terkait bagaimana memperkuat hubungan antara sains dan teknologi di satu sisi, dan pertumbuhan ekonomi yang inklusif serta berkelanjutan di sisi lainnya. Bertujuan untuk memastikan bahwa teknologi bukanlah sesuatu yang menakutkan terjadi pada kita, tetapi merupakan sesuatu yang kita gunakan untuk melayani kebutuhan dan keinginan kita.