Jakarta, 21 Oktober 2020. Masih ingat tidak, pada saat kita pertama mengendarai mobil, motor, atau sepeda. Atau pada saat kita pertama kali berlatih berenang, memainkan musik, atau belajar berbahasa asing?
Ketika kita belajar mengendarai mobil, motor, atau sepeda, atau aktivitas lainnya tadi, setelah itu kita akan selamanya dapat melakukan akivitas tadi. Betul kan? Prosesnya dari berpikir secara sadar menuju tindakan kebiasaan yang sering kali tidak sadar.Â
Saat kita belajar hal-hal yang mendasar, kemungkinan besar kita secara sadar memusatkan perhatian pada apa yang perlu kita lakukan. Kapan kita harus mengerem dan seberapa keras kita menginjak pedal rem, kapan dan bagaimana mengganti persneling, bagaimana menggunakan indikator tepat waktu untuk giliran yang kita rencanakan, kapan harus melihat ke belakang sebelum kita akan berpindah jalur, dan seterusnya.
Bagi kebanyakan orang, belajar cara mengemudi cukup membuat kita stres, dan kita harus memberikan perhatian penuh untuk dapat mengatasi banyak tugas dan tantangan baru tersebut yang sedang kita hadapi.
Biar bagaimanapun, jalan adalah lingkungan yang kompleks, dengan banyak hal yang seringkali tidak terduga terjadi secara bersamaan. Namun, setelah kita terbiasa mengemudi, kemungkinan besar kita mulai kurang memperhatikan aktivitas ini.
Mengemudi pada akhirnya akan menjadi rutinitas kita secara tidak sadar. Kita memang dapat membiarkan pikiran non-sadar kita - bagian lama otak kita (sistem limbik dan batang otak kita) - untuk mengambil alih.
Artinya, tindakan yang kita lakukan saat mengemudi dipicu oleh pikiran yang bahkan tanpa kita menyadarinya. Mengemudi dilakukan 'secara otomatis', tanpa perlu lagi memfokuskan perhatian kita pada cara mengemudi. Kecuali bila terjadi sesuatu peristiwa khusus terjadi di hadapan kita. Langsung otak PFC (prefrontal cortex) kita kita aktifkan, seakan-akan baru benar-benar sadar atau 'ngeh'.
Habituasi atau kebiasaan dapat dipelajari. Inilah sebabnya mengapa pertama-tama kita harus belajar dan mendapatkan pengalaman sebelum kita dapat menyerahkannya kepada bahasa dulunya; "pikiran bawah sadar" (non-conscious, unconscious atau subconscious mind), pikiran otomatis kita yang mengambil alih.Â
Belajar melalui perilaku berulang menciptakan ingatan tentang bagaimana melakukan tugas. Pikiran bawah sadar atau pikiran non-sadar kemudian bergantung pada kumpulan besar ingatan yang mewakili pengalaman yang telah kita kumpulkan di masa lalu.
Terkait hal ini serangkaian penelitian dilakukan oleh Duke University menunjukkan bahwa 45% dari waktu, orang melakukan hal yang sama pada waktu yang sama setiap hari sambil memikirkan hal lain.
Membiarkan pikiran non-sadar kita mengurus aktivitas, tentu saja, merupakan bagian yang sangat penting dari cara kerja otak kita. Jika kita tidak dapat membiarkan pikiran bawah sadar kita mengambil alih aktivitas  yang telah kita pelajari, kita tidak akan dapat melakukan lebih dari satu hal pada satu waktu, karena semua perhatian sadar kita akan terfokus padanya. Pikiran bawah sadar kita dapat memproses 11 juta bit informasi per detik, sedangkan pikiran sadar kita hanya dapat memproses sekitar 40 bit per detik.