Oleh: Bambang Iman Santoso, Neuronesia Community
Jakarta, 30 Maret 2020. Berulang kali telah disampaikan bahwa Indonesia mempunyai kekayaan sumder daya alam, natural resources yang sangat kaya raya. Namun sangat disayangkan tidak diimbangi dengan keunggulan mutu kualitas manusianya.
Seperti salah satu tujuan bangsa ini yang terkalimatkan di dalam Pembukaan Undang-Undang 1945, yaitu: "Mencerdaskan Kehidupan Bangsa." Harus berjiwa besar, mau mengakui bahwa tujuan bangsa ini yang faktanya belum tercapai dan menjadi tanggung jawab seorang kepala negara, siapapun presidennya. Presiden RI saat ini pun pernah menyatakannya dengan istilah "Revolusi Mental".
Agar terjadi percepatan untuk mencapai tujuan tersebut, sudah layaknya menjadi tanggung jawab bersama bagi seluruh komponen anak bangsa. Hal tersebut menjadi alasan yang sangat kuat, selain melalui pendidikan formil, kita dapat turut serta berperan aktif di dalam suatu komunitas seperti di komunitas pencinta ilmu neurosains yang bernama Neuronesia atau Neurosains Indonesia.
Memiliki visi misi "Indonesia Cerdas Berahklak Mulia" yang masih kongruen dengan tujuan bangsa kita yang telah disebutkan di atas.
"Dengan mempelajari neurosains, maka pemahaman terhadap manusia seutuhnya, akan tercapai, serta akan memberikan yang besar terhadap kesejahteraan umat manusia secara keseluruhan." seperti yang disampaikan oleh Prof. Dr. dr. Taruna Ikrar, M.D., M.Pharm., PhD., salah satu Board of Honor, Neuronesia Community.
Pertanyaannya; mengapa menjadi penting dengan kata "percepatan". Karena tujuan bangsa ini akan menjadi lebih sulit lagi dengan adanya perubahan lingkungan yang terus terjadi bergerak cepat meledak-ledak (disruptive), bergejolak (volatility), penuh ketidakpastian (uncertaintiy), sangat rumit (complexity) dan membingungkan (ambiguity), serta dengan keberagaman yang tinggi (diversity).
Dampak dari ini semua, teman-teman kita sebagai penyelengara pendidikan harus dituntut untuk terus fleksibel dan 'agile', serta terbuka terhadap perubahan itu sendiri. Memang benar otak kita akan stress manakala perubahan itu sangat cepat dan berubah-ubah, membingungkan dan penuh ketidakpastian.
Betul, sifat dasar otak manusia yang menyukai segala sesuatu yang prediktif. Namun otak kita juga menyukai sesuatu hal-hal yang baru, terutama yang ada referensi sebelumnya.
Di samping itu juga ternyata tidak perlu terlalu dikhawatirkan, nyatanya otak manusia sudah dipersiapan oleh Penciptanya untuk itu semua. Karenanya, otak manusia pun kompleks - serumit dunia ini. Jumlahnya lebih dari 100 milyar sel-sel otak (neurons) di dalamnya dengan saling berhubungan (synapse) hingga triliunan sambungan. "Ada alam semesta di dalam kepala pikiran otak manusia." Hal ini yang perlu kita sadari dan pahami bersama.