Jakarta, 14 Maret 2020. Seorang profesor MIT bernama Hugh Herr, berhasil membangun kaki buatan yang membuatnya dapat kembali normal berjalan dan berlari. Beliau mengalami kecelakaan pada saat mendaki gunung. Kedua kakinya cedera membeku, frosbite dan mengharuskannya diamputasi.
Kaki buatan ini terdiri dari 24 sensor, 6 mikroprosesor, dan otot tendon menyerupai aktuator. Pada prinsipnya mirip seikat kacang dan baut di bawah lutut dengan teknologi bionik yang canggih. Dengan kedua 'kaki'-nya beliau dapat berjalan kembali, berlari bahkan berjoget ria. Beliau seorang bionik, tapi belum menjadi cyborg. Dia menggerakan kaki buatannya sama seperti orang normal memerintahkan kakinya bergerak, melalui sinyal neuron dari sistem saraf pusatnya, central nervous system (CNS). Melalui sistem saraf beliau dapat mengaktifkan otot-otot dalam sisa anggota tubuhnya.
Elektroda-elektroda artifisial ini dapat merasakan dan menangkap sinyal-sinyal tersebut, komputer-komputer di bagian tubuh bionik. Memecahkan sandi nadinya, pola gerakan yang ia maksudkan dinyatakan hanya ketika dia berpikir tentang bagaimana memindahkannya.
Secara sederhana; perintah dikomunikasikan ke bagian dari tubuh sintetisnya. Namun komputer-komputer itu tidak dapat menginput informasi ke sistem neuron beliau ketika dirinya akan menyentuh dan menggerakkan anggota tubuh sintetis tersebut. Beliau tidak mengalami sentuhan dan gerakan normal sensasional.
Jika dirinya seorang cyborg dan bisa merasakan kakinya melalui input komputer-komputer kecil, informasi ke sistem sarafnya itu akan berubah secara fundamental, dan dirinya percaya ada hubungan dengan anggota tubuh buatannya.
Hari ini dia tidak bisa merasakan kakinya, karena masih merupakan bagian yang terpisah dari pikiran dan tubuhnya. Beliau percaya bahwa jika dirinya seorang cyborg, maka bisa merasakan kedua kakinya. Mereka akan menjadi bagian darinya.
Di MIT, mereka memikirkan tentang NeuroEmbodied Design. Di dalam proses desain, sang designer merancang daging dan tulang manusia, serta tubuh biologis itu sendiri. Bersamaan dengan sintetis-sintetis itu untuk meningkatkan komunikasi dua arah antara sistem saraf, membangun dunia.
NeuroEmbodied Design merupakan sebuah metodologi untuk membuat fungsi cyborg. Di dalam proses desain ini, para desainer merenungkan masa depan; di mana teknologi tidak lagi terdiri dari bagian-bagian alat yang tak bernyawa, yang terpisah dari pikiran dan tubuh kita.
Teknologi masa akan datang telah dengan sangat hati-hati mengintegrasikan manusia senatural mungkin. Di dunia tersebut nantinya apakah itu biologis atau tidak, apakah itu manusia atau bukan, apakah alami atau buatan, selamanya akan menjadi kabur membedakannya. Masa depan tersebut akan menyediakan anggota-anggota tubuh manusia buatan yang baru. NeuroEmbodied Design akan memperluas sistem saraf kita ke dunia sintetis, dan dunia sintetis ke dalam diri kita. Secara fundamental mengubah siapa diri kita.
Melaui desain tubuh biologis untuk berkomunikasi lebih baik dengan kemanusiaan dunia rancangan yang dibangun, akan mengakhiri kecacatan di abad ke-21 ini. Dan keilmuan yang disempurnakan dengan dasar-dasar teknologi untuk augmentasi manusia. Memperluas kemampuan manusia melampaui tingkat fisiologis bawaan secara kognitif, secara emosional, dan secaraa fisik. Ada banyak cara untuk membangun anggota-anggota badan baru berskala besar dari biomolekuler untuk skala jaringan tubuh dan organ.
Hari ini kita ingin berbicara tentang satu bidang dari NeuroEmbodied Design di mana jaringan tubuh dimanipulasi dan diukir menggunakan proses-proses bedah dan regeneratif. Paradigma amputasi saat ini tidak berubah secara mendasar sejak kita Perang Saudara atau Perang Sipil, dan telah tumbuh usang dalam terang kemajuan yang dramatis; aktuator, sistem kontrol dan teknologi antarmuka saraf, neural interface technology. Kekurangan utamanya adalah kurangnya interaksi otot yang dinamis untuk kontrol dan propriosepsi.