Oleh: Bambang Iman Santoso, Neuronesia Community
Jakarta, 2 Maret 2020. Kegelisahan atau anxiety berakar dalam biologi. Rasa cemas ada berdasarkan evolusi di mana kita memiliki respon melawan atau respon menghindar.Â
Beberapa di antaranya sangat kuno dan dipicu dari bagian dalam otak kita yang tertua dikenal mempunyai berbagai macam nama; old brain, lower brain, survival brain, reptilian brain, lizard brain, crocodile atau croc brain, truncus encephali, brain stem atau batang otak, dan seterusnya.Â
Otak ini memberikan respon dengan dua pilihan; "hadapi" atau "kabur". Terkadang koplingnya macet, tidak kedua-duanya, freeze berdiam dia diri atau 'no action' juga bagian program otak kita.
Kemudian sebagian darinya berasal dari korteks yang berkembang jauh kemudian, yakni; merasakan khawatir. Kecemasan yang mungkin timbul di abad ke-21 karena ada banyak hal yang dapat kita khawatirkan belakangan ini.Â
Seperti; apakah kita akan menghasilkan cukup uang? Apakah kita akan mendapatkan pekerjaan yang tepat? Apakah kita bisa menghidupkan keluarga kita?Â
Apakah kita mampu melakukan hal-hal yang benar? Apa yang mungkin kita salah di dunia ini? Begitu banyak hal yang dapat memicu kecemasan yang mengalir terus dalam kehidupan sehari-hari.
Media massa yang banyak menebarkan berita kegelisahan, kekhawatiran, kecemasan, bahkan ketakutan yang masif secara tidak sadar telah mempersulit dan merugikan banyak orang.Â
Tidak hanya mempersulit, dampak buruk dari umpan balik dari proses yang dinamakan axis HPA (hypothalamus-pituitary gland-adrenal glands) menimbulkan banjir enzim kortisol di kepala menyebabkan rontoknya hubungan sinaps antar sel otak dan berpotensi mematikan banyak sel-sel otak neurons kita, yang mengakibatkan menurunnya tingkat kecerdasan manusia.Â
Bahkan dampak terparahnya melemahkan sistem imun tubuh manusia. Sehingga mudah terjangkit penyakit ringan dan berat yang menimbulkan kematian lebih awal.
Namun kabar baiknya dari Dr. Anne Marie Albano, Director of Columbia University Clinic for Anxiety and Related Disorders, ternyata sistem otak kita sebagai manusia juga dipersiapkan untuk menanganinya.Â