"Untuk meloloskan sebuah tulisan di harian Kompas alangkah sulitnya. Saringan masuknya mungkin berlapis-lapis dan berbelok-belok sehingga sukar ditembus. Bahkan, seorang penulis senior terkenal yang kini telah wafat pernah menyampaikan kepada saya, benteng Kompas memang tidak mudah diterjang," kata almarhum Ahmad Syafii Maarif, mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan juga guru bangsa Indonesia.
Apa yang dikemukakan Buya Syafii Maarif tentang Kompas itu sangat shahih-mutawattir. Bayangkan, untuk rubrik argumentasi saja, saya harus menerima penolakan berkali-kali hingga akhirnya nongol bareng cewek cantik sebagaimana terlihat pada gambar yang mendampingi cerita ini.
"Rupanya munculnya sebuah artikel di harian Kompas dirasakan sementara penulis sebagai kebanggaan dan kehormatan. Semakin ketat saringan itu, tetapi kemudian tulisannya dimuat, semakin tinggi rasa percaya diri penulis bersangkutan," jelas Buya dalam buku 50 tahun Kompas Memanggungkan Keindonesiaan di Mata Mereka, Penerbit Buku Kompas 2015.
Sebelum tulisan saya dimuat pada tema hidup sehat, saya berkonsentrasi penuh mempelajari tulisan-tulisan yang berhasil diterbitkan. Saya baca berkali-kali sehingga sangat paham dan tidak terlalu berharap untuk diterbitkan.
Untuk koran-koran lokal saya mudah menjangkaunya tanpa diedit sepeserpun. Langsung lolos. Mengapa demikian? Karena tidak ada honor. Berapapun tulisan yang kita kirim artikel opini ke harian lokal tak pernah ada honor.
Beda dengan harian Kompas, tulisan saya hanya 4 kalimat dan 250 karakter diberi suvernir menarik yang saya simpan sampai sekarang : baju Ulang Tahun Kompas, kalender, polpen Kompas, dan buku saku Kompas.
Hingga pada akhirnya, Buya menjelaskan, "Itulah Kompas di mata mereka yang sedang membangun kepercayaan diri lewat cetak. Tentunya Kompas merasa senang dengan fenomena demikian itu sehingga kualitas tulisan tetap terjamin, sebuah modal untuk terus berkembang dan membesar," kata Buya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H