Mohon tunggu...
Che Ambank
Che Ambank Mohon Tunggu... Lainnya - Bekerja di PT. Agen Masyarakat sebagai Staf Bentara Rakyat

Selemor Angen😘

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Akhirnya Benteng Argumentasi "Kompas" Jebol

18 Juli 2022   20:50 Diperbarui: 18 Juli 2022   21:02 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tulisan saya dan teman-teman mahasiswa se-Indonesia di rubrik Argumentasi laman Kompas Kampus Harian Kompas. Dokpri

"Untuk meloloskan sebuah tulisan di harian Kompas alangkah sulitnya. Saringan masuknya mungkin berlapis-lapis dan berbelok-belok sehingga sukar ditembus. Bahkan, seorang penulis senior terkenal yang kini telah wafat pernah menyampaikan kepada saya, benteng Kompas memang tidak mudah diterjang," kata almarhum Ahmad Syafii Maarif, mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan juga guru bangsa Indonesia.

Apa yang dikemukakan Buya Syafii Maarif tentang Kompas itu sangat shahih-mutawattir. Bayangkan, untuk rubrik argumentasi saja, saya harus menerima penolakan berkali-kali hingga akhirnya nongol bareng cewek cantik sebagaimana terlihat pada gambar yang mendampingi cerita ini.

"Rupanya munculnya sebuah artikel di harian Kompas dirasakan sementara penulis sebagai kebanggaan dan kehormatan. Semakin ketat saringan itu, tetapi kemudian tulisannya dimuat, semakin tinggi rasa percaya diri penulis bersangkutan," jelas Buya dalam buku 50 tahun Kompas Memanggungkan Keindonesiaan di Mata Mereka, Penerbit Buku Kompas 2015.

Sebelum tulisan saya dimuat pada tema hidup sehat, saya berkonsentrasi penuh mempelajari tulisan-tulisan yang berhasil diterbitkan. Saya baca berkali-kali sehingga sangat paham dan tidak terlalu berharap untuk diterbitkan.

Untuk koran-koran lokal saya mudah menjangkaunya tanpa diedit sepeserpun. Langsung lolos. Mengapa demikian? Karena tidak ada honor. Berapapun tulisan yang kita kirim artikel opini ke harian lokal tak pernah ada honor.

Beda dengan harian Kompas, tulisan saya hanya 4 kalimat dan 250 karakter diberi suvernir menarik yang saya simpan sampai sekarang : baju Ulang Tahun Kompas, kalender, polpen Kompas, dan buku saku Kompas.

Hingga pada akhirnya, Buya menjelaskan, "Itulah Kompas di mata mereka yang sedang membangun kepercayaan diri lewat cetak. Tentunya Kompas merasa senang dengan fenomena demikian itu sehingga kualitas tulisan tetap terjamin, sebuah modal untuk terus berkembang dan membesar," kata Buya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun