Mohon tunggu...
Bambang Ardiantoro
Bambang Ardiantoro Mohon Tunggu... pegawai negeri -

PNS jelang pensiun

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Jokowi Bersuara di Radio Elshinta (?) dalam Wawancara

9 Mei 2014   14:56 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:41 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sambil berkendara di sekitar Slipi jelang & sesudah maghrib kemarin, Kamis 8 Mei 2014 saya simak wawancara Jokowi dengan pembawa acara di Radio Elshinta (jika tak salah FM:92.00) dengan tiga topik utama (seingat saya, maklum sudah tua jelang pensiun sih ini, sembari nyupir pula; semoga pihak pengelola/management radio berkenan merekam & membuat transkripsi wawancara tersebut agar kelak dapat jadi rujukan dalam manajemen pemerintahan ke depan.  Maklum, posisi Jokowi saat wawancara sebagai Gubernur DKI Jaya sekaligus capres 2014 deklarasi PDIP).

1. Pewawancara mulai buka dengan bertanya: Apa rincian pernyataan soal Revolusi Mental?  Lalu dijawab dengan tiga hal: perubahan cara-pikir (mindset), perubahan mental (mental-set), dan perubahan perilaku (culter-set).   Dapat dimulai dari sejak di sekolah (SD) dengan banyak memberi pelajaran kepribadian sedikit teknis, lalu SLP mulai ditambah teknis, terakhir di SLA (SMU/SMK) teknis boleh lebih banyak.

2. “Perubahan penggunaan lahan/tanah (konversi) harus dihentikan!” katanya.  Konversi ke penggunaan ke industri,perumahan, jasa, niaga/mall dst harus dihentikan, utama pada lahan pangan.  Dengan berbagai uraian, saya sangat tak setuju (dengan modal pengalaman selama 30 tahun bekerja di bidang tersebut plus sedikit pemahaman dalam perencanaan wilayah) sebab sungguh tak mungkin menghentikan konversi/alih-penggunaan/perubahan penggunaan lahan/tanah sepanjang manusia ada apalagi bertambah.  Yang masih mungkin ya hanya dikelola dan dikendalikan.  Saya bukan pendukung investor dan juga bukan penyanjung developer, melainkan realistis saja bahwa pemikiran seorang Direktur Land-use di awal Ditjen Agraria memang benar bahwa tanah luasan relatif tetap sedangkan di sisi lain keperluan terhadap tanah terus bertambah.  Yang dapat dilakukan manusia dalam memenuhi keperluan yang paling utama (basic needs) dalam hal pangan, papan, dan sandang tentulah dengan mengelola pertanhan dengan bijak; bukan cuma mau ikut keinginan para investor dan developer.

3. Pembangunan yang partisipatif dengan mengelola ketahanan pangan, penyediaan infrastruktur produksi dan pemasaran, dan keterhubungan antar-wilayah.

Semoga manfaat, Salam Perubahan!

Jakarta, 9 Mei 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun