Mohon tunggu...
Bambang Suyadi
Bambang Suyadi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

kebenaran sejati di dunia terletak pada hati dan akal.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Tak Tampan dan Tak Cantik", Punya Nasib Berbeda di Thailand

8 September 2015   16:34 Diperbarui: 8 September 2015   16:36 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saat itu saya sedang mengisi waktu senggang dengan berselancar di internet. Satu persatu sosmed yang saya miliki ku buka, dan sampailah saya puas dengan sosmed itu. Alhasil ku bukalah youtube dan di situlah saya menemukan video iklan thailand yang membuat penasaran. Di awal tayangan itu terdapat adegan yang cukup lucu yang di peragakan oleh pemain iklan tersebut, ya menurut kita mungkin "tak tampan dan tak cantik" atau memang make up yang lebih terlihat mendukung peran tersebut. Dan di akhir video itu alur cerita mulai berubah drastis dan membawa menyentuh perasaan saya dan menyadarkan kita akan pentingnya hakikat hidup.

https://www.youtube.com/watch?v=zY7Qt_ElTPw

Melihat dari beberapa aspek mungkin akan lebih manusiawi ketika kita memperlakukan "orang tak tampan dan tak cantik" itu, dengan mengangkat dan memberi tempat selayaknya. Maksudnya, baiklah jika mereka berada di posisi "orang tak tampan dan cantik" namun cara mereka menyandingkan dengan kemampuan dalam hal ini seni peran dan mempopulerkannya, sungguh membuat kita mengapresiasi karya dari mereka. Dari segi cerita iklan tersebut memang mendukung sekali, baik dari face, karakter dan gesture mereka. Jika di tempatkan di cerita yang pas, sangat membantu sekali dalam mengangkat cerita itu beserta pemerannya. Bukan seperti di tempat kita, orang yang "tak tampan dan tak cantik" tersebut diperlakukan dengan peran yang cenderung membully, bahkan sampai ada yang bersitegang olehnya. Contoh terdekat adalah acara lawakan atau humor yang lebih mengedepankan fisik sebagai bahan tertawaan. beruntunglah kita, beberapa acara stand up comedy sedikit membantu merefresh lawakan yang ada di indonesia tanpa melibatkan kelemahan mereka dalam hal ini penampilan. Intinya adalah perlakuan di thailand ketika menemukan "orang tak tampan dan tak cantik" lebih melihat dengan kemampuan mereka sebagai pendukung yang baik dari hasil karya mereka.

Budaya kita yang sudah mengalami pergeseran etika, dimana kebayakan orang melihat sesuatu yang nampak bisa di analogikan sebagai bahan untuk menjatuhkan bahkan tak memperdulikannya. Terkadang sesuatu yang menyenangkan ketika menemukan orang "tak tampan dan tak cantik" dimana mungkin mereka tak seperti orang pada umumnya dikategorikan dengan predikat lucu yang mengakibatkan efek tertawa yang lebih menjatuhkan. Sadar atau tidak kita telah menyudutkan mereka dari berbagai sudut pandang dan latar belakang , hampir semua kalangan dan kelas melakukannya. Semoga kita semakin cerdas untuk berlaku dan memperlakukan sesama dengan memahami hakikat manusia yang lebih mengedepankan hati dan fikiran untuk bergaul dengan mereka dengan sebaik-baiknya tanpa menyudutkan mereka. Akan lebih bijak ketika memperlakukan mereka dengan potensi atau memberikan potensi untuk kita berdayakan selayaknya manusia seutuhnya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun