Nenek ini seharusnya menikmati masa tuanya dengan berkumpul bersama keluarga.  Beliau bernama mbah Pariyem namun sering di panggil mbah pikul. Di usianya kurang lebih  80 tahunan, beliau tinggal di Rt 01 Rw 08 Desa Duwet, Baki, Sukoharjo. Cukup terkejut memang ketika tempat tinggal beliau masih di wilayah karisidenan Surakarta yang dari rumah saya sekitar 1 jam perjalanan menggunakan sepeda motor (Karanganyar). Dan cukup miris memang beliau masih tergolong berada dikawasan yang "makmur".
Sedangkan makan seadanya dari belas kasihan warga. Ketika ditanyai, beliau belum makan sama sekali, hanya mendapati sayur yang sudah 5 hari lalu yang masih selalu dipanasi untuk makan beliau. Sedangkan untuk minum hanya menadahkan air hujan.
Melihat kondisi beliau yang memprihatinkan, Mbah Pariem mengeluh kakinya gemetaran sambil slonjor dibawah terik matahari agar kakinya terasa hangat. Sorot mata yang menyisihkan harapan kehangatan keluarga  tidak memudar walau usia beliau menjadi penghambat itu nantinya.
Ketika ada sebuah grup facebook yang mengangkat profile mbah pikul ini sontak membuat saya terenyuh dan terketuk hati yang memaku mata saya untuk membaca tulisan itu. Semoga dengan ini para dermawan atau syukur-syukur para elit pemerintah bisa memberi seonggok harapan untuknya dan menjadi tamparan keras disaat isu atau masalah politik yang membebalkan diri dan melupakannya. banggakah wahai para pemilik harta lebih, dan penguasa melihat ini. Terutama bagi kalian yang memainkan anggaran rakyat untuk kemajuan bangsa ini, dasar koruptorr!!!, oh maaf ini bukan anda sang pembaca nurani, namun buat anda yang sedang melakukan kejahatan berlabel TIKUS.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H