Penyelenggaraan pangan adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan dalam penyediaan, keterjangkauan, pemenuhan konsumsi Pangan dan gizi, serta keamanan Pangan dengan melibatkan peran-serta masyarakat yang terkordinasi dan terpadu (Bab 1 Ketentuan Umum Ayat 14 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan)
Ketika seorang pejabat pemerintah menyatakan keyakinan nya bahwa impor beras sudah tidak diperlukan lagi karena produksi padi sudah meningkat dengan amat jelas namun di pihak lain seorang pejabat pemerintah yang lain menyatakan bahwa impor beras masih diperlukan karena angka produksi tidak cukup tinggi, maka kedua pejabat ini benar dalam pernyataan nya. Walaupun pejabat pertama memperbaiki pernyataan nya bahwa faktor alam el-Nino yang berpengaruh besar terhadap produksi pangan, belum dimasukkan dalam perhitungan angka ramalan produksi. Kebenaran ini memang amat relatif. Masing-masing pejabat mempergunakan data, angka dan informasi dari sumber yang berbeda. Kita tidak berbicara pejabat yang mana yang lebih “well-informed” karena masing-masing pejabat memiliki sumber data, angka dan sumber informasi nya sendiri. Kesemuanya ini terlepas dari kenyataan bahwa sebenarnya ada lembaga pemerintah yang ditugaskan serta memiliki wewenang untuk menyediakan data dan informasi secara nasional yang akurat, terbuka dan terbarukan.
Bidang teknologi informatika sebenar nya masih belum cukup jauh berkembang, dimulai ketika transistor microchip dikembangkan pada awal 70-an. Namun setelah lebih dari 40 tahun, teknologi elektronika nampak nya berkembang dengan cukup pesat. Temuan-temuan baru digunakan untuk lebih memudahkan kehidupan manusia. Di banyak negara, kesadaran akan banyak nya manfaat teknologi dalam membantu kepentingan manusia, terutama teknologi informatika, tumbuh pula dengan cepat. Demikian pula dengan pemanfaatan teknologi maju untuk bidang pertanian, walaupun masih banyak yang bersifat uji-coba.
Petani di Jepang, Taiwan, Amerika, telah memanfaatkan teknologi GPS untuk menjalankan traktor tanpa-awak untuk mengolah tanah dan panen. Memang disana luas lahan pertanian untuk diolah melibatkan jumlah yang luas. Dapat dimanfaatkan untuk menetapkan batas-batas tanah pertanian secara geografis yang pada giliran nya akan mendukung program lahan sawah abadi dan kepemilikan tanah dalam upaya landreform, misal nya. Di beberapa negara, keterbatasan dan mahal nya tenaga kerja mendorong pengembangan dengan sejauh mungkin memanfaatkan teknologi. Menghitung jumlah unsur hara pupuk nitrogen yang perlu diberikan atas dasar pemantauan warna daun tanaman dari foto udara atau foto satelit. Walaupun secara terbatas kita juga telah menggunakan pemantauan warna daun secara manual, suatu bentuk teknologi informasi yang semula dikembangkan di Jepang.
Suatu bentuk teknologi informatika yang sudah cukup berkembang adalah penginderaan jauh/remote sensing, termasuk di Indonesia. Teknologi ini memang mahal, yang dikembangkan untuk bermacam-macam keperluan mengingat sifat geografis nya. Pada awal 1900 an dengan berkembangnya teknologi fotografi dan pesawat udara, dimulai pembuatan foto udara untuk keperluan intelejen strategis militer. Kemudian di ikuti dengan pengembangan penginderaan jauh dibidang kehutanan dan topografi/rupa muka bumi. Pengembangan lebih jauh ketika teknologi satelit ditemukan dimana penginderaan dapat dilakukan untuk cakupan wilayah yang lebih luas dan lebih informatif dengan penggunaan kamera dengan filter khusus. Di bidang pertanian, teknologi penginderaan jauh dengan satelit telah dikembangkan untuk menunjang sebagian besar aspek-aspek budidaya pertanian. Mulai dari informasi agronomis/sifat dan struktur tanah, rupa muka bumi, sumber-sumber daya air, sampai dengan pemantauan luas tanam, umur tanaman, kekurangan/ kelebihan unsur hara tanah/nutrient, serangan hama – jenis dan luas serangan, dll. (https://deriahadianisa21.wordpress.com/apa-manfaat-penginderaan-jauh-untuk-pertanian/)
Di pihak lain telah dikembangkan teknologi informasi penginderaan jauh yang dipergunakan untuk pemantauan dan perkiraan iklim/cuaca. Analisa atas rangkaian informasi iklim ini dapat memberikan informasi mengenai perkiraan cuaca, kemungkinan bencana – misalnya kekeringan, banjir, gempa bumi, kegiatan kegunung-apian/vulkanik, analisa atas arah kegiatan mitigasi bencana, dll.
Informasi-informasi pertanian, iklim/cuaca dan upaya mitigasi bencana merupakan informasi yang amat penting bagi petani dalam seluruh rangkaian kegiatan budidaya, panen dan paska-panen. Sudah bukan jaman nya lagi mengamati kemunculan bintang Waluku/rasi Orion untuk mengetahui kapan dimulai nya waktu untuk petani menggarap sawah. Namun tentu nya perihal mengamati bintang masih bermanfaat sebagai penunjuk arah barat mata angin ketika tersesat dan tidak memiliki kompas.
Teknologi informasi yang juga telah berkembang pesat adalah komunikasi telepon nir-kabel. Pengguna pesawat telepon selular di Indonesia menurut web cia.gov adalah sejumlah 319 juta pesawat dan 42.6 juta pengguna internet (https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/id.html). Sudah pasti bahwa menyangkut hal berkomunikasi diantara sesama warganegara sudah tidak menjadi masalah dan ini berarti pula seharus nya pemerintah dapat dengan mudah mengkomunikasikan program-program pembangunan kepada rakyat nya. Suatu sistem yang dapat dikembangkan lebih baik dari program kelompencapir pemerintah yang lalu. Petani secara aktif dapat berkomunikasi, bertukar informasi, berbagi pengalaman, atau hanya menyampaikan undangan kepada teman-teman dalam paguyuban kelompok tani ketika bermaksud menikahkan anak.
Berbicara mengenai pertanian ketika petani masih termarginalkan, banyak hal-hal yang perlu untuk terus dikomunikasikan oleh pemerintah, terlepas dari kenyataan bahwa program pendidikan sudah berhasil menciptakan petani-petani yang pintar dan berkearifan lokal. Disadari pula bahwa banyak pengetahuan praktis bidang pertanian hasil pengkajian cerdik-cendekiawan akademisi di perguruan tinggi, masih terkurung dalam menara gading. Pengetahuan hasil pengkajian ini seharusnya dapat lebih jauh membangun pertanian Indonesia, namun tidak cukup terkomunikasikan bahkan kepada stake-holder yang berkepentingan, yaitu petani.
Sudah saatnya bagi pemerintah untuk memiliki suatu badan/lembaga yang memiliki wewenang dan kemampuan untuk berkordinasi menangani sumber-sumber daya, data dan informasi dari lembaga/badan yang berbeda, melakukan analisa, evaluasi dan memilah jenis data/informasi yang diperlukan petani dalam kegiatan budidaya pangan sampai dengan paska-panen, penyimpanan dan pemasaran. Tentu biaya yang diperlukan akan cukup besar. Namun pendanaan yang diperlukan untuk badan/lembaga kira nya sebanding dengan manfaat yang akan diterima petani alih-alih menghabiskan devisa untuk impor. Kedaulatan pangan mudah-mudahan selangkah lebih dekat.
Jika badan/lembaga kordinasi data dan informasi ini sudah ada, sudah tentu pemerintah dapat memberikan data yang akurat dan akuntabel kepada seluruh pihak yang memiliki kepentingan, terutama petani. Sebagai bagian dari analisa data, misal nya pengambilan data statistik ubinan oleh badan pemerintah untuk menghitung perkiraan produksi padi dapat diverifikasikan, dan kalau perlu dikonfirmasikan oleh data penginderaan jauh yang selalu diperbaharui. Kemudian selanjut nya memasukkan parameter iklim yang disebut el_Nino, dengan pengalaman yang ada, niscaya besar nya penyimpangan kesalahan dapat dipersempit. Angka ramalan yang erasal dari satu lembaga dapat lebih tepat.