Mohon tunggu...
Bambang Wiguna
Bambang Wiguna Mohon Tunggu... Supir - Tukang Ojek Online

Saya bukan sarjana hukum, tapi rakyat kecil seperti saya sekalipun harus paham hukum. Kita harus sama-sama mengajarkan tentang hukum. Mau menerima masukan hukum, dan mau berbagi ilmu hukum. Karena banyak pihak yang tidak suka kita faham hukum.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Penjual yang Mengintimidasi

30 November 2024   09:58 Diperbarui: 30 November 2024   11:10 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Hari kamis tanggal 28 November 2024 saya bersama istri membawa anak saya pergi ke Klinik Anak Pandawa Raya karena sakit. Jawal praktek pukul 07:00 pm dan saya sudah di klini pukul 06:30 pm. Karena istri saya lapar, kami pergi ke pedagang kaki lima yang jual bebek goreng di samping klinik. Saya gendong anak saya, dan istri saya duduk menunggu makanan. Baru berapa lama duduk muncul seorang pria membawa tentengan berisi beberapa buah salak.

"ini bu saya jual saya, saya dari pagi keluar ga ada yang beli mudah-mudahan ibu mau beli salak saya. Atau barang kali ibu mau tolong saya sebab hari ini saya belum ada rezekinya" Dan dia bicara panjang lebar, istri saya hanya kebingungan. Bicara nyerocos dan seperti tidak memeri kesempatan istri saya bicara. Lalu saya bilang "kamu mau ga?" karena istri saya diam saya bilang pada penjualnya "nggak katanya pak" Lalu penjual nya bilang "iya mudah-mudahan orang lain mah mau nolong" sambil buang muka."

Penjual itu meninggalkan kami dan mengambil motornya, sebelum dia tancam gas dia melihat tajam ke arah saya terlebih dahulu. Istri saya merasa dipaksa dan saya merasa memang penjual itu mau mengintimidasi. Saya berdiri menggendong anak saya dengan posisi letter L dengan posisi istri saya duduk, sehingga sepertinya penjualnya mengira istri saya sendirian. Sampai akhirnya saya ikut campur pada proses tawar menawar itu.

Bogor belakangan memang banyak preman, dan dari sekian banyak preman jarang sekali orang Bogor. Seperti bapak yang coba jual salak hari kamis lalu, dari cara bicara, bahasa tubuh nya, wajahnya, tidak ada ciri-ciri orang Bogor. Saya orang Bogor asli, merasa terganggu dengan banyaknya preman yang datang ke Bogor. Tidak semua pendatang itu preman, tapi preman yang bikin ulah di Bogor akhir-akhir ini bukan orang Bogor. 

Mudah-mudahan ke depan sudah tidak ada lagi preman di Kota Bogor.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun