Aku marah pada semua orang yang bisa melihat wajahmu setiap saat. Sedangkan aku di sini, menahan tangis serta rindu yang tiada henti. Ya, aku cemburu manisku.
Aku marah pada setiap tetes embun dan hembus angin yang dengan bebas menjamah ragamu, sedangkan aku disini harus bertarung dan mengalahkan rasa rinduku padamu manisku, ini aku lakukan agar aku bisa senantiasa mencintaimu serta mempertanggungjawabkan janjiku padamu.
Lelah kian merasuk ke dalam tubuh serta merusak dan kemudian memporak-porandakan imajiku terhadap mu, kendati ribuan orang bersandar pada mimpi serta harapan.
 Aku, ingin rasanya bersandar pada bahumu kekasih. Kau belai rambut Ku dan mengecup keningku.
Aku sadar manisku, diriku bak jerami di tanah tandus yang ketika diterpa badai topan akan luluh lantak serta terbakar habis, tapi tidak rasa cintaku padamu kasihku.
Tak akan goyah Sukma ini atas kenyataan, tak ubah rasa cinta ini atas aral melintang.
Aku disini untukmu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H