Mohon tunggu...
Beng beng Sugiono
Beng beng Sugiono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

La Historia, Me Absolvera. Menulis/Traveling/NaikGunung/Membaca

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Rumah Bangsaku

18 Juli 2023   12:44 Diperbarui: 18 Juli 2023   14:06 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seketika mata terbelalak melihat kenyataan, tentang renjana yang teguh pada keyakinan, tentang hidup yang harus berjalan. 

Gontai dan berantakan rumah bangsaku, teriak rakyat jelata memohon belas kasihmu, mereka khawatir akan hidup dan masa depan buah hatinya. 

Berserakan rumah bangsaku, dikoyak keserakahan manusia bengis, matikan nurani, matikan cinta kasih. 

Baca juga: Indonesia Terluka

Belenggu rantai aturan semakin mencekik sendi-sendi kehidupan. Akankah berakhir, akankah usai semua tangis dan resah kaum papa. 

Sekumpulan manusia merangsek tuntut hak dan keadilan, menentang kesewenangan dan penindasan. 

Namun mereka hanya sampai dibibir pintu, kemudian hilang ditengah tangis. 

Rumah bangsaku, pilar-pilarnya mulai lapuk dimakan kesombongan. Tidak ada lagi harmonisasi didalamnya, Hampa dan Sirna. 

Tentang gelap yang kunjung jumpai cahaya, tentang getir yang tak bertaut dengan tawa. 

Rumah bangsaku, tidak se elok dulu, dimana senyum dan gelegar tawa menyentuh langit-langit rumah. 

Semuanya bisa, semuanya Palsu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun