Gemuruh cakrawala memecah keheningan, di sudut rumah seketika menjadi terang menembus kegelapan oleh kilatan cahaya langit, kemudian menyadarkan lamunan untuk terus menghadapi kenyataan hidup yang perih, perlahan namun pasti kabut tipis turun menyejukkan di sertai rintik hujan meskipun tetap saja tidak membuat jiwa menjadi tenang, hingga kemudian pagi pun menjelang menyingkap gelapnya malam menggugah setiap makhluk di hamparan bumi, langit jingga udara pagi serta mentari menyinari setiap kehidupan di bumi, meskipun gelisah dalam batin hampir saja memadamkan harapan yang di bangun dengan derai air mata.Â
Pagi itu, hantarkan manusia pada rutinitas untuk menggenapi hidup dengan pertukaran peluh dan air mata dimana seluruh mahkluk mendapatkan hak-haknya sesuai dengan garis takdirNya.
Di sudut desa, di dalam rumah tua yang telah usang serta kumuh terdapat lelaki yang juga mempunyai kesempatan yang sama dalam menyambut pagi, namun sepertinya tidak bahagia, meskipun mata serta langkahnya lunglai tak berarah, sedangkan beban di pundaknya seakan hampir mengoyakkan mimpi serta asanya.Â
Tentang keteguhan dan keyakinan.Â
Tentang cinta kasih dan harapan di dirinya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI