kemerdekaan indonesia dari bangsa-bangsa lain melahirkan diplomat, politisi dan pejuang yang disegani serta dihormati, salah satu sosok pejuang, politisi sekaligus diplomat legendaris tersebut adalah Sutan syahrir yang lahir di padang panjang sumatera barat pada 5 maret 1909, perdana menteri pertama dalam sejarah politik indonesia yang memiliki jejak panjang dan berliku dalam perjuangan dan pergerakan kemerdekaan indonesia, seorang intelektual, negarawan dan pejuang demokrasi yang gigih melawan berbagai bentuk imperialisme, feodalisme dan fasisme, baik dalam masa sebelum dan setelah indonesia merdeka.
Dalam sejarah perjuangan diplomasi untuk memperjuangkan, mempertahankan dan mengupayakan pengakuanDalam pidato bersejarah sebagai perwakilan delegasi indonesia pada tahun 1947 di amerika serikat dalam sidang keamanan PBB, Sjahrir mengungkapkan bahwa indonesia sebagai sebuah bangsa yang berabad-abad berperadaban beraksara, namun kemudian di eksploitasi oleh kaum kolonialisme, dan secara brilian sjahrir pun mematahkan satu persatu argumentasi perwakilan dari belanda, sehingga indonesia berhasil merebut kedudukan sebagai bangsa yang memperjuangkan kedaulatannya di gelanggang internasional, sekaligus mematahkan klaim belanda bahwa pertikaian indonesia belanda sebagai persoalan yang semata-mata urusan dalam negeri belanda.
Pada tahun 1927 Syahrir yang tercatat sebagai salah satu pendiri Jong Indonesie, yang dikemudian hari menjadi Pemuda Indonesia. organisasi pemuda yang menjadi penggerak utama penyelenggaraan kongres pemuda kedua yang melahirkan sumpah pemuda pada 28 oktober 1928.Â
Syahrir yang serius mempelajari sosialisme dan sangat dekat dengan kaum proletar dan aktif di organisasi buruh transportasi internasional, dan selama di Belanda syahrir juga aktif di perhimpunan indonesia yang ketika itu di pimpin oleh Mohammad Hatta, meski berada di Belanda, syahrir, Hatta dan para aktivis Perhimpunan Indonesia di belanda aktif memantau dinamika pergerakan kemerdekaan di hindia belanda (Indonesia), kemudian Pada tahun 1930 saat soekarno ditangkap oleh pemerintah kolonial belanda dan PNI kemudian membubarkan diri, syahrir dan Hatta aktif memperjuangkan agar pergerakan kemerdekaan tidak surut, keduanya menginisiasi pendirian organisasi Pendidikan Nasional Indonesia yang kerap di sebut sebagai PNI baru.
Lewat tulisan-tulisan mereka yang termuat di majalah Daulat Rakyat yang diterbitkan PNI baru, syahrir dan Hatta berupaya mendidik massa dan terus menghidupkan semangat perlawanan terhadap pemerintah kolonial belanda, kemudian pada akhir tahun 1931 syahir pulang ke tanah air dan memimpin PNI baru, pengalaman syahrir terjun dalam pergerakan buruh internasional banyak yang dia praktekan di tanah air untuk terus membangun gerakan-gerakan rakyat dikalangan pelajar, serta kaum proletar lainnya dan terus mengobarkan semangat perlawanan terhadap penjajahan pemerintahan kolonial belanda.
Saat Hatta pulang ke tanah air pada agustus 1932, mentor politik syahrir ini ganti memimpin PNI baru, bersama Hatta, Syahrir menjadikan PNI baru sebagai organisasi pencetak kader-kader pergerakan, karena khawatir dengan potensi revolusioner PNI baru yang dibangun oleh Hatta dan Syahrir, kemudian pada februari 1934 pemerintah kolonial menangkap, memenjarakan dan kemudian membuang syahrir serta hatta ke Boven Digul Papua, untuk meredam gerakan politik yang dibangun oleh hatta dan syahrir, setahun kemudian Hatta dan Syahrir di pindahkan ke banda neira dan harus menjalani masa pembuangan selama 6 tahun di pulau ini.
Dalam masa pengasingan, kemudian syahrir menulis bahwa revolusi kita itu harus revolusi yang bertumpu pada kemanusiaan dan solidaritas sesama bangsa,
Pada awal 1942 saat kekuatan militer belanda di banyak wilayah terdesak oleh gerak laju bala tentara dai nippon jepang, hatta dan syahrir kemudian diangkut oleh pemerintah kolonial ke jawa, keduanya ditempatkan disebuah bangunan polisi di wilayah sukabumi jawa barat. Ketika militer jepang berhasil memaksa pemerintahan hindia belanda menyerah dan menduduki wilayah indonesia, syahrir dan hatta berpisah jalan, berbeda dengan hatta, soekarno dan sejumlah tokoh nasional lain yang bersedia bekerjasama dengan jepang, syahrir menolak keras, syahrir bersikukuh dengan prinsipnya yang anti fasis dan memilih memperjuangkan kemerdekaan indonesia dibawah tanah dengan cara melakukan pendekatan komunikasi dengan tokoh-tokoh yang sealiran dengan dia serta pemuda-pemuda lainnya guna membangun kekuatan politik untuk melawan penjajah-penjajah yang ada di indonesia.
Kemudian ketika jepang makin terdesak oleh pasukan sekutu, syahrir yang mengikuti perkembangan perang dunia ke II lewat berita radio secara sembunyi-sembunyi mendesak Soekarno dan hatta agar memproklamasikan kemerdekaan pada 15 agustus 1945, namun desakan ini tidak direspon dengan baik oleh soekarno dan hatta yang menganggap jepang masih kuat, sikap Soekarno dan hatta ini mengecewakan para pemuda hingga memicu peristiwa pengasingan soekarno dan hatta ke rengas dengklok pada 16 agustus 1945. karena menurut Syahrir kemerdekaan itu bukan hadiah dari jepang.
Atas tekanan pemuda-pemuda indonesia dan setelah berunding dengan para anggota PPKI di rumah Laksamana Maeda di Jakarta pada 17 Agustus 1945 soekarno dan hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa indonesia.
Pada bulan-bulan pertama setelah proklamasi kemerdekaan, saat masa-masa revolusi untuk kemerdekaan tengah bergolak sutan syahrir menulis risalah berjudul Perjuangan Kita, Pamflet yang dipublikasikan pada 10 Nopember 1945 ini berisi analisis, pemikiran dan pandangannya terkait perkembangan dan arah revolusi indonesia yang menurut syahrir harus mengantarkan masyarakat indonesia pada revolusi demokratis yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.Â