Mohon tunggu...
Beng beng Sugiono
Beng beng Sugiono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

La Historia, Me Absolvera. Menulis/Traveling/NaikGunung/Membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Surat III, Asa Janganlah Reda

7 November 2022   15:01 Diperbarui: 8 November 2022   01:35 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sulit memang john, orang yang kita nilai baik terkadang bertolak belakang dengan realitasnya, seringkali dengan maksud tertentu manusia hampir terlihat baik, namun setelah dijalani dan keinginannya tercapai, manusia tersebut biasanya menunjukan watak aslinya, entah watak baik atau buruknya, tapi percayalah bahwa di dunia ini masih ada manusia-manusia berhati mulai, dalam proses hidup yang kamu ceritakan, saya jadi ingat kata-kata Charlie Chaplin bahwa " Tidak ada yang abadi di dunia ini, bahkan masalah pun tidak. Saya suka berjalan ditengah hujan, karena tidak ada yang bisa melihat air mata saya". Peryataan Charlie sangat sederhana, namun sarat akan makna, karena segala bentuk persoalan hidup, pada akhirnya kita akan bertarung seorang diri, orang lain nampaknya tidak perlu tahu akan penderitaan yang sedang di alami, kalau bisa air mata pun jangan sampai terlihat oleh siapapun kecuali tuhan, bersabarlah john, karena semua manusia yang lahir ke dunia ini melekat bersama takdir hidupnya. Yakin dan jalani saja.

Manusia memang cepat sekali berubah john, karena satu hal yang bersifat subjektif untuk memenuhi hasratnya, seringkali menginjak manusia lain untuk menopang kakinya agar mampu berdiri tegak, manusia seperti ini sangat oportunistik john, Kata-kata Leon Trotsky tentang kotornya hidup tertuang dalam biografinya bahwa "Hidup itu indah. Biarlah generasi masa depan membersihkannya dari semua yang jahat, opresi, dan kekejaman, dan menikmatinya sepenuhnya.". kalau dipikir-pikir ucapan Trotsky benar juga, jangan-jangan kita yang bagian bersih-bersih sekaligus merasai kekejaman hahaha. rasa-rasanya seperti itu john.

Terkadang kebaikan datang dengan sendirinya, tanpa kita mengerti, tanpa kita pahami, seringkal manusia -- manusia baru bak malaikat, orang yang baru kita kenal dan mempunyai nila -- nilai kemanusian yang melekat serta nuraninya akan menolong tanpa banyak bertanya, dalam hal apapun, saya sering bertemu manusia -- manusia seperti ini john.

Oh iya john, saya mau sedikit cerita soal kemarin, ada rasa haru dan bahagia serta bangga ketika teman-teman mahasiswa datang dan meminta saya untuk mengisi materi yang mereka selenggarakan di kampus dalam rangka pendidikan kader organisasi kemahasiswaan terkait Manajemen Aksi, mula-mula saya sedikit bingung terkait pemilihan materi apa yang pas untuk kemudian nanti di diskusikan secara bersama-sama, acara tersebut berlangsung selama tiga hari dua malam, dan kebetulan saya pemateri terakhir, kalau kita bayangkan seperti pertunjukan showbiz atau festival musik, yang terakhir biasanya guest star-nya lah, dan sesuatu yang di tunggu-tunggu, namun dalam dunai akademi jelas berbeda apalagi agenda pendidikan kader tersebut dilaksanakan selama tiga hari dua malam, jelas energi, dan kesadaran psikologisnya sangat mempengaruhi daya tangkap atau kemampuan dalam menyerap materi biasanya tidak maksimal, atau bisa jadi cenderung membosankan.

Benar saja, ketika awal-awal saya masuk ruang kelas, dan mulai mempresentasikan materi dengan melalui pendekatan sejarah, banyak di antara peserta pendidikan terlihat lesu dan lelah bahkan ada yang sempat mengantuk, dan kalau saya paksakan untuk memberikan materi terkait teori-teori intelegensi serta teori keadilan maka akan membuat peserta semakin bosan saja, melihat fakta demikian, kemudian saya memberikan materi singkat terkait prinsip-prinsip keadilan dan sejarah perjuangan bangsa, kemudian saya ajak mereka untuk menceritakan pengalaman selama dua hari tiga malam di kampus, Sebagian dari mereka yang mengikuti pendidikan tersebut banyak di antaranya mengalami ketidakadilan dan perilaku panitia yang menurut peserta sangat mengganggu hak-haknya sebagai manusia yang diantaranya, disiplin panitia yang menurut mereka kurang dan berdampak pada kenyamanan ketika di jam tidur, kemudian jam istirahat yang dirasa kurang manusia karena terlalu sebentar serta ketiadaan fasilitas kesehatan mengakibatkan ketika peserta ada yang sakit semua malah kebingungan dalam memberikan pertolongan, dan kalau boleh saya simpulkan ada hak-hak peserta yang tidak di jamin, serta ada kewajiban panitia penyelenggara yang abai terhadap nilai-nilai kemanusiaan.

Setelah mendengar ragam cerita peserta pendidikan, kemudian saya masuk ke pokok materi lagi, saya berikan tugas ke peserta pendidikan untuk mengidentifikasi kemudian merumuskan segala bentuk tindakan yang merugikan peserta lainnya baik dalam hak maupun kewajiban untuk mereka manifestasikan dalam bentuk aksi. Tentu ini atas ijin panitia penyelenggara juga dan dengan senang hati pihak panitia pun mau dengan sukarela menjadi objek demonstrasi peserta pendidikan/mahasiswa yang dari kemarin memendam kekesalan hahaha, dan sebagai simulasi aksi mereka berjalan dengan baik, mereka tuangkan segala bentuk kekesalan dalam beberapa pamflet yang di tulis dengan ragam ungkapan, makian serta hujatan yang tentu tidak bertabrakan dengan nilai-nilai serta adab, mereka teriakan kekesalan melalui megaphone secara lepas dan akhirnya beban mereka selama beberapa hari terakhir terasa lepas dan tuntas sudah.

Saya berpikir bahwa mahasiswa-mahasiswa inilah yang kelak akan mewarisi negara ini, dengan cara seperti ini mereka kelak akan tumbuh dengan baik dan mampu berfikir kritis secara objektif, karena menurut saya john, orang-orang yang pernah mengalami penindasan, merasai kedukaan serta melihat ketidak adilan akan cenderung menjadi manusia-manusia yang mempunyai pondasi akidah yang bagus, mempunyai naluri baik serta hati nurani ketika melakukan tindakan apapun yang kemudian ketika mereka dewasa dan memimpin bangsa dan negara ini kecil kemungkinannya untuk melakukan penindasan serta merampas hak-hak orang lain. Dan besar harapan saya pada pewaris-pewaris bangsa ini dalam merumuskan gagasan serta ide-ide besar dalam membangun bangsa ini untuk menuju bangsa yang beradab, bangsa yang berpegang teguh pada prinsip-prinsip kemanusiaan. Hahaha.

Oke sudah dulu ya john, dalam surat selanjutnya saya pengen bercerita tentang pendakian saya ke gunung kerinci, nanti saya ceritakan betapa sulitnya menggapai puncak tertinggi di pulau sumatera tersebut. Dan yang pasti kamu akan menyukainya. Salam buat keluarga dan jaga diri baik-baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun