Mohon tunggu...
Beng beng Sugiono
Beng beng Sugiono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

La Historia, Me Absolvera. Menulis/Traveling/NaikGunung/Membaca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tan Malaka, Bapak Republik yang Terlupakan

3 November 2022   16:50 Diperbarui: 3 November 2022   17:01 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber photo https://id.wikipedia.org/wiki/Tan_Malaka 

Dalam sejarah perjuangan bangsa indonesia Tan Malaka merupakan seorang pejuang, pemikir kemerdekaan Indonesia, Tan Malaka dikenal sebagai pencetus Republik Indonesia, melalui tulisan-tulisannya, Tan malaka adalah seorang di kenal sebagai sosok yang visioner, namun sosok yang dikenal sebagai bapak republik ini belum mendapatkan penghargaan yang sesuai dengan jasa-jasanya, kiprahnya yang identik dengan gerakan kiri ini memang membuat sosoknya dimaknai negatif walaupun beliau memilik jasa yang besar bagi bangsa ini, bahkan di akhir masa hidupnya harus berakhir tragis yang hingga kini masih menjadi teka teki. Itulah sosok Tan Malaka sang Bapak Republik Indonesia.

Sutan Ibrahim atau lebih dikenal Tan Malaka lahir di Negeri padang gadang gunung omeh pada tanggal 2 juni 1897, Tan malaka adalah seorang pemikir sekaligus pejuang kemerdekaan Indonesia, Tan Malaka dibesarkan di lingkungan keluarga yang Islamis, sebutan Tan Malaka adalah gelar yang diberikan keluarganya karena memiliki garis keturunan orang terpandang melalui jalur ibunya, setelah lulus dari Sekolah Guru Negara yang berada di bukit tinggi pada tahun 1913 Tan Malaka melanjutkan pendidikannya di belanda saat usianya masih 16 tahun.

Kesadaran akan kekhawatiran Tan Malaka terhadap adanya penjajahan, penindasan dan ketidak adilan  yang bukan hanya terjadi di dunia, namun Tan Malaka juga melihat hal tersebut terjadi di tanah kelahirannya, hingga akhirnya tan malaka berfikir tentang bagaimana cara melawan kolonialisme yang sedang terjadi. Akhirnya melalui buku-buku yang ditulis oleh Karl Max, Friedrich dan Vladimir Lenin, Tan Malaka mulai tertarik dengan pemikiran sosialisme dan komunisme, bukan tanpa alasan dengan adanya ideologi sosialisme komunisme inilah Tan Malaka berharap akan membebaskan kolonialisme belanda terhadap kaum pribumi melalui dunia Pendidikan, karena menurutnya sosialisme komunisme adalah alat perjuangan yang bisa melawan penindasan.

Seiring berjalannya waktu Tan Malaka bertemu dengan Hank Snevliet pendiri ISDV yakni organisasi yang menjadi cikal bakal partai komunis Indonesia, karena pertemuannya dengan Hank Snevliet tan malaka bergabung dengan SDOV atau Asosiasi Demokratik Sosial Guru, setelah lulus dari SDOV Tan Malaka Kembali ke desanya di sumatera barat, tidak lama kemudian pada bulan januari 1920 Tan Malaka mendapat tawaran dari Dr. Janssen untuk mengajar anak-anak kuli diperkebunan teh di sanembah, Tanjung Morawa, Deli Sumatera Utara. 

Selain mengajar, Tan Malaka juga mengajar beberapa Propaganda Subversif untuk para kuli propaganda ini dikenal sebagai  Deli Spoor, selama masa mengajar Tan Malaka memahami penderitaan serta keterbelakangan hidup kaum pribumi di sumatera, Tan Malaka juga berhubungan dengan ISDV dan terkadang juga menulis untuk media masa,  dan salah satu karya Tan Malaka yang terkenal adalah "TANAH ORANG MISKIN" yang menceritakan tentang perbedaan mencolok dalam hal kekayaan antara kaum kapitalis dan pekerja yang di muat di media massa di belanda edisi maret 1920.

Pada tahun 1920 Tan Malaka mencalonkan diri sebagai Volksraad dalam pemilihan mewakili kaum kiri, namun akhirnya Tan Malaka mengundurkan diri pada 23 februari  1921 tanpa sebab yang jelas, setelah mengundurkan diri dari anggota Volksraad Tan Malaka membuka sekolah di semarang atas bantuan Darsono, tokoh sarekat islam merah. Sekolah di semarang itulah kemudian di sebut sebagai sekolah rakyat yang memiliki kurikulum seperti di uni soviet. Selain darsono, Tan Malaka juga bertemu dengan banyak tokoh pergerakan seperti, HOS Cokroaminoto dan Agus Salim, dalam otobiografinya Tan Malaka menganggap SI (Sarekat Islam) di bawah cokroaminoto adalah satu-satunya partai massa terbaik yang tan malaka ketahui, tetapi Tan Malaka kemudian juga mengkritik saat terjadi perpecahan di sarekat islam mitu sendiri, menurutnya sarekat islam tidak memiliki tujuan, taktik serta strategi yang jelas hingga mudah terpecah. Kedekatan tan malaka dengan tokoh SI seperti darsono dan semaun pada akhirnya membuat tan malaka semakin dekat dengan pergerakan komunisme, serta kepiawaiannya dalam melakukan agitasi dan propaganda membuat Tan Malaka semakin dikenal di semua tokoh pergerakan kala itu dan memiliki sumbangsih yang sangat besar bagi bangsa ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun