Mohon tunggu...
Beng beng Sugiono
Beng beng Sugiono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

La Historia, Me Absolvera. Menulis/Traveling/NaikGunung/Membaca

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Gelap yang Sunyi

27 Oktober 2022   12:54 Diperbarui: 27 Oktober 2022   15:46 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam, padahal telah aku bunuh karena gelap begitu merusak ku dalam terang.

Dimana rasa sayang ke manusia semakin kuat bersama ribuan rindu yang datang menghunus pilu. matilah sudah malam itu beserta rindunya. 

Malam begitu kejamnya, tanpa belas kasih, tanpa toleransi yang kemudian datang dengan gelap beserta sunyi yang bunyi, hinggap serta masuk ke setiap relung-relung jiwa yang tidak punya daya serta upaya.

Aku, disetiap gelap yang sendiri, bertengkar dengan malam yang terus merongrong ketenangan, adakah secercah harapan, semuanya sama, nilai-nilai kemanusiaan yang luntur oleh kesombongan dunia. dan malam yang tenang untuk mereka yang merasa genap dalam segala hal. ini sungguh tidak adil dalam kasih.

Kemudian pagi, dimana manusia menjalani hidup secara normal, mereka yang tersenyum dan menyambut cerah hari dengan penuh asa dan keinginan hati. mereka yang berpencar memenuhi setiap sudut kota. adakah kalian iba dan berbagi cinta pada lelaki di ujung jalan sana.

Pagi yang dingin, manusia menebar benih-benih kehidupan yang disebut cinta, namun aku enggan sekali untuk beranjak dari gelap, karena aku menunggumu kekasih, yang tanpa asa serta ingin. 

Dan kepada pagi, kepada embun serta angin, ku titipkan rinduku yang tercerai berai oleh tajamnya bilah kehidupan. Aku mohon terimalah dan datanglah.

Aku bersandar pada harapan yang kian rapuh oleh keserakahan, aku menantimu datang dengan senyum seraya mengulurkan tangan untuk mengentaskan aku dari kegelapan. aku mencintaimu kasihku, rasa yang begitu sangat kuat menjadi perisai terakhirku.

Kepada wajah-wajah munafik, ku berikan cinta ini untuk kalian, nikmatilah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun