Mohon tunggu...
BUANA KS
BUANA KS Mohon Tunggu... Freelancer - Penyair

Buana Ka Es adalah nama pena Bambang Hirawan, Menyelesaikan S1 Ilmu Pemerintahan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muara Bungo, lahir di desa Air Kelinsar Kabupaten Lahat Sumatera Selatan pada tanggal 17 Agustus 1985. Biografi singkatnya dimuat dalam buku Apa & Siapa Penyair Indonesia yang diterbitkan Yayasan Hari Puisi Indonesia yang diluncurkan pada tahun 2017. Beberapa puisinya tergabung dalam beberapa antologi puisi bersama, diantaranya : Antologi 25 Penyair Muda Nusantara “Traktat Cinta dan Dosa Dalam Dendam” ( Pena Ananda, Juli 2011 ), Antologi Sehimpun Puisi Generasi Kini “JEJAK SAJAK”, (BPSM 2012), MENGUAK SENYAP (Rios Multicipta Padang, 2012) SENANDUNG ALAM (LeutikaPrio,2012) CARTA FARFALLA (Tuas Media, 2012), TALENTA PARA PENGUKIR TINTA EMAS (Awang Awang Publishing, 2012 ), Antologi Puisi IGAU DANAU (Sanggar Imaji, 2012), Bilingual Poetry Anthology SPRING FIESTA “Pesta Musim Semi” (Araska Publisher, 2013, Antologi Puisi Kota Jam Gadang “Bukittinggi ambo di siko (Fam Publishing, 2013), dan Kumpulan Puisi Penyair Indonesia MEMO UNTUK PRESIDEN (Forum Sastra Surakarta, 2014), dan Antologi Puisi Penyair dua kota “LACAK KENDURI” (Imaji, 2014) dll. Puisinya pernah dimuat di harian pagi Radar Bute, Merangin Ekspres, Jambi Independent, Pos Metro Jambi dll. Saat ini menetap di Muara Bungo Jambi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Menuju Langit

9 Oktober 2022   12:41 Diperbarui: 9 Oktober 2022   12:49 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MENUJU LANGIT


Mengawali pesta di jamuan musim

Aku menemukan kesunyian begitu rindu

Di bias cahaya doa mewangi

Tengadah menatap kegelapan di lelangit peraduan

Ada cahaya firdaus serupa titiktitik kecil


Jauh di ujung jalan teramat gelap

Sebuah tangga menuju langit


Akankah sampai, sementara langkah kaki

Begitu berat dan bergetar


Semakin larut aku takut

Melihat bayanganku gigil

Meringkuk di kegelapan


Muara Bungo, Juni 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun