Mohon tunggu...
Moh. Farih Iqbalusyfa
Moh. Farih Iqbalusyfa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Keperawatan Universitas Airlangga

Hobi mendaki gunung dan traveling

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Era Globalisasi Modern: Bahasa Indonesia di Ujung Maut?

30 Desember 2024   14:51 Diperbarui: 30 Desember 2024   15:42 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Era Globalisasi Modern: Bahasa Indonesia di Ujung Maut?

Bahasa merupakan alat komunikasi yang berupa ujaran kalimat ataupun gerakan tubuh (sebagai bahasa isyarat) yang digunakan manusia untuk berkomunkasi. Komunikasi yang dilakukan bertujuan untuk menyampaikan sesuatu, seperti menyampaikan ide gagasan, opini, kritik, meminta dan memberi bantuan, dan sarana untuk menyampaikan sebuah kesepakatan atau ketidaksetujuan akan suatu hal, bahkan sebagai media untuk menggungkapkan perasaan.

 Komunikasi tanpa bahasa tidaklah lengkap dan akan terasa hampa. Jika dalam berkomunikasi keberadaan bahasa menghilang maka komunikasi bisa seperti hilang setengah nyawanya. Bahasa sendiri pada setiap negara pasti beragam. Salah satunya di Indonesia yang mempunyai bahasa nasional yakni Bahasa Indonesia. Bahasa indonesia hadir sebagai bahasa nasional untuk pemersatu keberagaman di Indonesia yang negaranya terdiri dari berbagai suku, bahasa, ras, dan adat. Penetapan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa tidak terlepas dari sejarah masa lalunya. Pada 28 Oktober 1928 dalam Kongres Pemuda II yang diadakan di Jakarta membuahkan hasil kongres yang dinamakan Sumpah Pemuda. Sejak saat itu Indonesia memiliki identitas negaranya sendiri melalui bahasa yakni Bahasa Indonesia yang digunakan untuk berkomunikasi sebagai bahasa pemersatu bangsa.

 Namun, yang disayangkan adalah esksistensi Bahasa Indonesia yang mulai hilang dimasa sekarang ini. Apalagi di era globalisasi yang sekarang jauh lebih modern dibandingkan era-era sebelumnya. Semua serba mudah, penyebaran informasi hanya butuh waktu persekian detik untuk tersebar di seluruh dunia. Kemajuan kemoderanan tampak signifikan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Penyaluran informasi dari televisi, radio, dan media sosial semakin hari semakin berkembang. Kemudahan mengakses berbagai informasi media hiburan lainnya, seperti film dan video di berbagai platform, karya-karya digital, bahkan sebuah kata-kata yang diunggah dalam postingan media sosial merupakan bentuk penyebaran informasi yang sudah sangat mudah untuk tersebar dan dapat dilihat kapanpun dan dimanapun menjadi pemicu munculnya bahasa gaul yang mengganti peran bahasa Indonesia dalam berkomunikasi di masyarakat (Febrianti et al., 2021).

 Hilangnya eksistensi Bahasa Indonsia akibat globalisasi tampak pada merajalelanya bahasa gaul dan bahasa asing yang menggeser penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari. Bahasa gaul dan bahasa asing tersebut secara terang-terangan muncul melalui media dan teknologi digital saat mengakses berbagai media, seperti film, lagu, siaran tv dan radio, bahkan postingan di media sosial. (Permata Putri et al., 2017)

 Sebagai contoh tren penggunaan bahasa asing bisa secara sederhana digunakan oleh bebeeapa masyarakat yang gemar menonton K-Drama/Drakor (Korean Drama). Di Indonesia sendiri sudah menjadi suatu hal lumrah bagi sesorang untuk menonton Drakor. Banyak hal yang melatarbelakangi Drakor begitu digemari oleh masyarakat Indonesia diantaranya adalah kehadiran para aktor dan aktris yang sangat menawan, kuliner negara korea yang menggoda selera, dan berbagai lokasi syuting yang content-able. Bahasa Korea yang sederhana biasanya digunakan oleh masyarakat terutama pada golongan muda, seperti kata annyeong, wae, gamsahamnida, gwenchana, hajima, mianhae, daebak, chukhahae. Penggunaan bahasa asing dimasa sekarang lebih dianggap keren karena saat menggunakan bahasa asing seseorang tersebut akan lebih dianggap memiliki wawasan dan kecakapan berbahasa asing yang lebih tinggi.

 Sedangkan tren bahasa gaul yang muncul di masyarakat Indonesia juga sama halnya seperti bahasa asing yang menyebar melalui berbagai media hiburan. Bahasa gaul yang umumnya digunakan diataranya adalah mager (malas gerak), caper (cari perhatian), sabi (bisa), japri (jalur pribadi), gacor (keren). Bahasa gaul yang digunakan dianggap masyarakat lebih keren, modern, dan relavan pada masa sekarang ini sehingga penggunaannya sering kali menggantikan kedudukan Bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.

 Apa yang menjadi hambatan dan tantangan bagi keberadaan eksistensi Bahasa Indonesia pada zaman ini adalah sebuah tren yang dianggap masyarakat sebagai suatu hal yang populer dan keren yang sesuai dengan relevansi bahasa zaman sekarang. Bahasa gaul dan habasa asing seperti gianggap berkedudukan lebih tinggi dan penggunaanya dianggap lebih baik dari pada Bahasa Indonesia.

 Anggaapan masyarakat yang memandang bahasa gaul dan bahasa asing sebagai bahasa santai yang relevan dengan zaman dan yang lebih modern dan lebih fleksibel dan adaptif. Berbagai anggapan yang muncul tersebut berasal dari anggapan dan pemikiran individu yang semakin lama terus berkembang secara meluas di kalangan masyarakat.

 Hal ini tidak bisa dibiarkan secara terus-menerus. Perlu sebuah solusi dan tindakan untuk mempertahankan keberadaan Bahasa Indonesia supaya kedudukan dan penggunaannya tidak tergantikan dengan bahasa gaul dan bahasa asing. Sebuah solusi bisa diterapkan oleh pemerintah, masyarakat, maupun individu untuk tetap menjaga keberadaan Bahasa Indonesia. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan edukasi dan seminar seputar pentingnya menjaga kelestarian Bahasa Indonesia, membiasakan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari, melestarikan Bahasa Indonesia dengan memperkenalkannya di kancah Internasional baik melalui sebuah kerja sama Internasional dan bisa juga dilakukan secara sederhana melalui postigan di media sosial yang menunjukkan eksistensi Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu dan salah satu identitas bangsa. (Abstrak, 2008)

 Bahasa Indonesia harus dijaga sebagai salah satu identitas bangsa karena Bahasa Indonesia menjadi bahasa pemersatu bangsa atas keberagaman yang ada di Indonesia. Sebuah cara dan pendirian untuk menjaga Bahasa Indonesia supaya tetap ada dan posisinya tidak tergantikan oleh bahasa lainnya dibutuhkan kesadaran individu masyarakat Indonesia untuk tetap mempertahankan penggunaan Bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari sehinga eksitensi Bahasa Indonesia akan tetap ada dan terjaga.

DAFTAR PUSTAKA

 Abstrak, M. (2008). EKSISTENSI BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA PERSATUAN. In Jsh Jurnal Sosial Humaniora (Vol. 1, Issue 2). http://groups.google.co.id

 Febrianti, Y. F., Pulungan, R., Bahasa, P., Indonesia, S., & Al-Washliyah, U. M. (2021). PENGGUNAAN BAHASA GAUL TERHADAP EKSISTENSI BAHASA INDONESIA PADA MASYARAKAT. 2(1).

 Permata Putri, N., Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, P., & PGRI Pacitan, S. (2017). EKSISTENSI BAHASA INDONESIA PADA GENERASI MILLENNIAL. In 45 Widyabastra (Vol. 05, Issue 1)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun