Tanggal merah tahun baru hijriyah adalah hadiah pemerintah supaya kelihatan adil untuk mengimbangi  tahun baru masehi. Nggak ada ibadah spesifik pada tahun baru hijriyah seperti halnya libur idul fitri atau idul adha. Nggak ada juga  kebiasaan spesifik seperti tahun baru masehi yang malamnya pada pesta sampai kelenger.
Dengan adanya hari libur nasional pada 1 muharam, umat Islam jadi tahu kalau penanggalan Islam sudah nambah setahun. Walaupun banyak muslimin dan muslimat  nggak tahu nama-nama bulan Islam, paling nggak bulan muharam sebagai bulan pertama tahu lah.
Jadi, kalau misalnya tanggal merahnya nggak digeser, ada anak bertanya pada bapaknya. Kenapa hari ini tanggal merah? Ini tahun baru hijriyah. Nak. Hijriyah itu apa? Hijrahnya Nabi Muhammad SAW. Sekarang tahun berapa hijriyah? 1443. Berarti Nabi hijrah 1443 tahun lalu? Nggak persis kaya gitu, Nak. Penetapan tahun hijriyah oleh para sahabat setelah 17 tahun Nabi hijrah. Kok bisa begitu? Begini sejarahnya,Nak. Dan seterusnya dan seterusnya.
Karena Menag bangga bisa menggeser tanggal merah, ada anak bertanya pada bapaknya. Ini hari libur apa,Pak? Tahun baru Islam. Bulan dan tahun apa? Bulan Muharam tahun 1443 hijriyah. Ooooo...berarti sekarang tanggal 1 Muharam 1443 hijriyah? Nggak gitu juga,Nak. Sekarang tanggal 2 Muharam 1443 hijriyah. Lho, tahun Islam itu dimulai tanggal dua? Nggak gitu juga,Nak.
Makanya, Nak. Kamu harus belajar yang rajin agar kamu bisa lebih pintar dari bapak bapak menteri yang sekarang. Bapak-bapak itu berpikir untuk menghindari kerumunan maka untuk menghindari hari libur bersama, libur satu muharam digeser sehari. Katanya hasil rapat tiga menteri.
Bapak-bapak itu pakai logika non pandemic untuk solusi pandemic. Sok solutif! PPKM dengan wajah super galak ini  justru libur cara aman menghindari kerumunan. Kalau hari kerja, dengan menunjukan surat bekerja kita bisa naik kendaraan umum, kereta misalnya. Kalu libur, surat itu nggak berlaku. Kalau pakai kendaraan pribadi, ketika dicegat nggak bisa alasan pekerjaan dan semacamnya.
Lagian sekarang ini bapak sulit membedakan hari libur dan nggak libur. Kamu kan tahu sendiri,nak. Bapak lebih sering libur ketimbang kerja. Apalagi kamu yang sekolah daring. Hari minggu saja kamu sudah lupa. Jadi apa yang bapak-bapak  itu takutin dengan libur bersama? Bapak-bapak itu cuma kebanyakan gaya,Nak.  Supaya kelihatan kerja. Supaya dibilang solutif. Paham,Nak?
Anak itu mengangguk-angguk dengan wajah nampak tegang. Setelah bapaknya meninggalkannya, dia masih saja mengangguk-angguk.
-Balyanur
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H