Mohon tunggu...
Balya Nur
Balya Nur Mohon Tunggu... Wiraswasta - Yang penting masih bisa nulis

yang penting menulis, menulis,menulis. balyanurmd.wordpress.com ceritamargadewa.wordpress.com bbetawi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ya, Sudahlah!

9 Juli 2014   06:54 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:55 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pilihanku sudah mantap. Bukan lagi soal menang-kalah. Jika pilihanku menang, Alhamdulillah. Jika kalah, ya rapopo. Kenapa aku mememilih yang satu dan tidak memilih yang lainnya? Sederhana saja. Karena aku tidak mau memilih yang lainnya, maka aku memilih yang satu itu. Kenapa aku tidak mau memilih yang bukan pilihanku itu? Karena aku ingin bebas dari hipnotis pencitraan. Aku dulu memang sangat menganguminya ketika dia masih murni bersahaja, merakyat. Ketika berpindah jabatan baru, dia benar telah berubah. Kesahajaanya oleh pendukungnya dijadikan semacam manusia setengah dewa. Tidak boleh ada seorang pun yang mengkritisinya, dari rakyat biasa sampai pejabat pun akan kena bogem bully jika berani mengkritisnya. Lho? Itu kan bukan kesalaahannya? Memang, tapi dia menikmatinya.

Aku benar-benar kehilangan tokoh yang murni bersahaja dan merakyat. Walaupun masih memakai gaya yang sama, tapi sudah dipenuhi polesan. Semakin lama semakin dia menikmatinya. Peran barunya menambah polesan itu menjadi-jadi. Aku kembali melihat gaya lamanya. Ah,sangat jauh berbeda. Tidak mungkin lagi dia kembali menjadi dirinya. Dia telah masuk dalam putaran pencitraan yang mau tidak mau harus dia lakoni.

Lalu bagaimana dengan tokoh pilhanku? Apa kelebihannya? Aku memang tidak banyak mengenalnya. Aku memilih dia karena aku tidak ingin memilih yang lainnya. Itu saja. Aku tidak ingin terbakar oleh pencitraan. Itu saja. Kenapa tidak golput saja? Karena aku ingin memilih. Itu saja. Kenapa ingin memilih? Karena aku tidak ingin negeri ini bebas dari pencitraan yang lama, datang pencitraan baru. Aku ingin pemimpin yang berkata apa adanya. Kalau dia tidak tahu, katakan tidak tahu. Dan bertanyalah.Kalau dia tahu, katakana tahu, jelaskanlah. Itu saja. Sesederhana itu.

Aku telah mantap menentukan pilihanku. Apa pun kau katakan, aku bergeming. Mantap. Selamat memilih. Pilihlah sesuai dengan kata hatimu. Siapa pun pilihanmu. Enjoy!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun