Mohon tunggu...
Balya Nur
Balya Nur Mohon Tunggu... Wiraswasta - Yang penting masih bisa nulis

yang penting menulis, menulis,menulis. balyanurmd.wordpress.com ceritamargadewa.wordpress.com bbetawi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Orang Pintar Nampak Pintar Kalau Sendirian

27 September 2016   09:09 Diperbarui: 27 September 2016   09:51 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau kita ada masalah, lalu ada yang menyarankan kita menemui orang pintar, bukan berarti kita disarankan menemui pengacara atau semacamnya. Orang pintar dimaksud adalah semacam dukun atau para normal. Tidak jelas, kenapa jenis orang yang berteman dengan berbagai jenis mahluk halus itu disebut orang pintar. Tidak jelas juga bagaimana menentukan peringkat kepintarannya. Apakah ditentukan oleh jumlah mahluk halus yang menjadi temannya, atau ditentukan berdasarkan  kepintaran mahluk halus yang menjadi temannya?

Bagi orang yang tidak percaya pada orang pintar jenis itu, akan mendatangi jenis orang pintar yang disebut pakar. Ada pakar hukum, ada pakar politik, dan sebagainya. Pakar kesehatan misalnya, bisa dipastikan kepintarannya bukan berdasarkan bisikan suster ngesot.

Para pakar ini ada yang sewaktu sekolah selalu mendapatkan peringkat tiga besar, ada juga yang tidak. Tapi yang pasti mereka belajar menghabiskan waktu yang cukup panjang dan biaya yang cukup besar. Di rumahnya dipenuhi berbagai jenis buku, bahkan terkadang saking tekun belajar tidur pun beralasankan bantal beberapa buku dengan harapan energi tulisan yang ada di buku itu bisa cepat menyerap ke dalam otak.

Maka tidak mengherankan ketika para pakar tampil di seminar, di acara televisi banyak yang terkagum kagum dengan kepintarannya. Tapi anehnya, ketika para pakar berkumpul untuk memutuskan hal yang bagi orang tidak terlalu pintar seperti saya nampak mudah, mereka nampak seperti sekumpulan orang pintar yang tiba-tiba  dicabut kepintarannya oleh Tuhan.

Coba saja bayangkan, hanya untuk  menjawab dan memutuskan perkara apakah calon gubernur petahana diwajibkan cuti atau tidak pada masa kampanye, sudah berminggu-minggu tidak bisa diberikan jawaban yang pasti, hingga untuk memenuhi salah satu sarat dari KPU, Ahok membuat pernyataan cuti kampanye dengan catatan sambil menunggu keputusan MK.  Bagaimana seandainya Tuhan mengembalikan kepintaran para pakar  itu seusai pilkada, bisa jadi keputusannya hanya  bisa digunakan untuk pemilukada lima tahun mendatang.

Padahal bagi orang-orang yang tidak terlalu pintar tingkat RT, RW, atau Desa bisa memutuskan berbagai persoalan mereka  dalam waktu yang tidak terlalu lama dengan biaya murah pula, hanya bermodalkan pisang rebus, tahu isi, teh manis, dan kopi hangat. Jika beruntung dapat bonus nasi padang atau kopi susu. Waktu yang singkat itu pun sudah minus ketawa ketiwi dan bicara ngalor ngidul.

Maka bersyukurlah bagi Anda yang ditakdirkan menjadi orang yang tidak terlalu pintar.

27092016

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun