Siapa bilang Shakespeare menganggap nama tidak penting? Pertanyaan,” Apalah arti sebuah nama? “ banyak disalah artikan. Kutipan yang tidak lengkap. Perhatikan Penggalan dialog Maha karyanya drama Rome and Juliet babak kedua bagian dua, dialog Julie pada Romeo.
“Apalah arti sebuah nama? Meskipun mawar berganti dengan nama lain, Harum mawar tetaplah harum mawar. Dia tetap punya nilai, sempurna, dan tetap harum tanpa harus bernama mawar. Romeo, lepaskanlah namamu, gantilah nama yang bukan bagian dari dirimu itu. Ambillah diriku seutuhnya.”
Nama Mawar sebagai identitas kesempurnaan nilai keharuman itu penting. Mawar tidak akan turun nilai keharumannya walaupun kita mengejeknya dengan sebutan bunga bangkai. Romeo adalah identitas sosok yang sangat berarti dalam diri Juliet. Walaupunkarena sesuatu Romeo terpaksa harus tak bernama, dia tetap Romeo di hati Juliet. Kalau dalam bahasa gombalers, “ Apa pun yang orang katakan tentang dirimu, kau tetaplah belahan jiwaku.“ Jadi jelas, bagi Shakespeare nama itu penting.
Bagi orang Islam, nama bukan sekedar identitas, tapi juga doa. Nabi Muhammad SAW memberi arahan agar memberi nama yang baik bagi anak-anak kaumnya. Dalam keluargaku, untuk urusan pemberian nama diserahkan sepenuhnya pada Kakekku. Apapun nama yang diberikan oleh Kakek, ayahku setuju seratus persen.
Sebagai cucu pertama, aku diberi nama Balya Nur. Tentu ada harapan dalam nama ini. Ketika aku tanyakan maknanya, Kakek cuma menjawab singkat, “ Itu nama Nabi Khidir.” Karena Nabi Khidir tidak termasuk “Ulul Azmi” dan 25 Rasul yang harus diiimani, kisahnya tidak populer. Sekarang aku baru berpikir mencari tahu kisah Nabi Khidir.
Melihat silsilah, Nabi Khidir –ada yang menyebut Khaidir— adalah keturunan Nabi Ismail. Nama lengkapnya ialah Balya bin Malkan bin Faligh bin ‘Abir bin Syalikh bin Arfakhsyaz bin Sam bin Nabi Nuh. Diberi gelar Khidir berasal dari kata Khudrun artinya hijau karena di mana pun ia pernah duduk atau menginjakkan kaki, selalu tumbuh rumput hijau karena tanahnya menjadi subur. Dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dari jalur Abu Khurairah, Rasulullah s.a.w bersabda: “ia dinamakan Khaidir karena ketika ia duduk diatas rumput tiba-tiba memancar cahaya hijau dari arah belakangnya.” Barangkali kata “memencarkan cahaya” menginpsirasi Kakekku menambahkan kata Nur di belakang nama Balya.
Raja Malkan, ayah Balya dari beberapa kisah sebenarnya bukan raja yang baik -- Wallahu a’lam – tapi entah kenapa nama adikku yang kedua oleh Kakek diberinama Malkan Nur. Barangkali karena anak Raja Malkan adalah seorang Nabi – ada juga yang menyebut walinya para wali—ayahnya jadi ikutan baik pula. Tapi Alhamdulillah, adikku orang baik-baik.
Raja Malkan ingin sekali cepat punya keturunan dari putera mahkotanya itu. Setelah dinikahkan sekian lama, Balya tidak juga punya keturunan. Dinikahkan lagi untuk kedua kalinya dengan janda beranak satu, tetap juga tidak punya anak. Raja Malkan terkejut dan murka ketika mendengar pengakuan kedua istri Balya. Keduanya mengaku, selama berumah tangga belum pernah disentuh oleh Balya.
Terlepas dari benar atau tidaknya kisah itu, yang pasti untuk urusan perempuan dan membuat keturunan, alhamdulillah aku sih tokcer saja. Aku sudah buktikan dengan mempersembahkan cucu bagi ayahku. Karena tentu saja aku kan umat Nabi Muhammad SAW yang lebih banyak diajarkan syariat ketimbang hakikat.
Kalainan Balya dalam urusan perempuan itu barangkali dipengaruhi oleh guru spritualnya. Raja Malkan sebenarnya mendatangkan guru ke istana untuk mengajarkan ilmu pemerintahan dan ilmu syariat, tapi diam-diam Balya malah belajar ilmu hakikat dengan guru spirirtual yang kebetulan juga ada dalam istana itu. Selanjutnya Balya meninggalkan istana, mengembara mencari ilmu hakikat.
Dalam Al-Qur’an, nama Nabi Khidir memang tidak dicantumkan, cuma disebut cluenya saja.
Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65
Dia termasuk Nabi yang datang tak dijemput, pulang tak diantar. Dia bisa datang dengan tiba-tiba manakala diperlukan. Seperti yang dialami oleh raja besar di Balkha. Raja ini merupakan raja yang kaya banyak pengawalnya. Saat sang raja mengadakan sidang bersama punggawanya, tiba-tiba datang seorang laki-laki tanpa permisi. Ketika ditanya apa keperluannya, laki-laki yang tak lebih tak kurang adalah Nabi Khidir mengatakan bahwa istana ini hanya peristirahatan para kafilah.
“ Ini adalah istanaku! “ bentak sang raja
“Sebelum kamu, siapa yang tinggal di istana ini?” tanya Khidir
“Bapakku”
“Sebelum bapakmu?”
“Kakekku”
“Sebelum kakekmu?”
“Bapak dari kakekku.”
“Sekarang mereka tinggal di mana?”
“Mereka sudah meninggal dunia”
“ Nah, berarti tempat ini adalah persinggahan sementara saja.Sebentar lagi kamu juga akan meninggalkannya.” Kemudian Nabi Khidir pergi tanpa ada yang tahu kapan perginya.Nabi Khidir datang mengingatkan pada raja bahwa kehidupan dunia itu fana belaka, bukan tujuan utama setiap manusia beriman.
Kalau aku sebagai Balya Nur tentu saja datang kalau diundang, tidak diundang ya tidak datang. Menjawab jika ada yang bertanya. Diam jika tidak ada yang bertanya.
Kisah fenomenal Balya alias Nabi Khidir terdapat dalam Al Qur’an Surah Al Kahfi. Dalam surah itu lengkap diceritakan Nabi Musa yang berguru kepada Nabi Khidir atas perintah Allah SWT. Bermula dari Nabi Musa yang mengajarkan syariat kepada umatnya secara tepat dan lengkap, sampai ada salah seorang umatnya bertanya: "Apakah ada di muka bumi seseorang yang lebih alim darimu wahai Nabi Allah?" Dengan nada agak membanggakan diri, Musa menjawab: "Tidak ada."
Allah SWT mengutus Malaikat Jibril untuk memberitahukan Musa bahwa di atas langit ada langit. Malaikat Jibril bertakata pada Musa, "Sesungguhnya Allah s.w.t mempunyai seorang hamba yang berada di majma' al-Bahrain yang ia lebih alim daripada kamu, Musa" Lalu Musa disuruh menemuinya untuk berguru di tempat yang disebutkan ciri-ciri tempatnya.
Cara Nabi Khidir mengajar Nabi Musa tidak mainstream. Selama berguru sambil mengembara, Nabi Musa harus sabar untuk tidak bertanya. Cukup lakukan saja apa yang diperintah oleh Nabi Khidir. Karena yang diajarkan secara kasat mata berrtentangan dengan syariat Nabi Musa, tentu saja Nabi Musa harus menahan sabar yang luar biasa. Hingga akhirnya Nabi Khidir menjelaskan semuanya. Kisah lengkapnya silakan baca surah Al Kahfi.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata:‘Dakwah Musa alaihissalam tidak kepada seluruh manusia, dan Nabi Khidir termasuk yang tidak wajib untuk mengikuti syariat Nabi Musa ‘alaihissalam. Bahkan Nabi Khidir berkata kepada Nabi Musa: ‘Aku melakukan sesuatu berdasarkan ilmu yang diajarkan Allah kepadaku, yang engkau tidak tahu. Dan engkau melakukan sesuatu berdasarkan ilmu yang diajarkan Allah kepadamu, yang aku tidak tahu’ ‘ (Majmu’ Fatawa, 27/59).
Namaku Balya Nur. Nama pemberian kakekku. Doa dari nama ini mungkin masih sulit aku cerna dari kisah Balya alias Nabi Khidir. Nabi yang sangat dihormati di kalangan para sufi. Kalau toh tidak bisa mencari tujuan pemberian nama itu, paling tidak aku bisa mengambil hikmah dari kisah Balya alias Nabi Khidir baik yang terdapat dalam Al-Qur’an, hadits Nabi, yang memang benar-benar terpercaya, maupun dari sejumlah kisah yang bisa benar bisa juga tidak, seperti ada yang berpendapat, Nabi Khidir masih hidup sampai sekarang. Wallahu A’lam. Tapi yang jelas, aku Balya Nur Alhamdulillah masih hidup sampai sekarang. Entah sampai kapan.
05032014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H