Sebenarnya saya tidak nyaman menggunakan istilah Jokowi Haters, dan Jokowi Lovers. Tapi sitilah itu sudah kadung jadi stempel. Saya memilah saja. Jokowi haters bisa dibagi menjadi pengeritik Jokowi dan pencaci Jokowi. Yang pertama menggunakan argumen yang faktual dan opini pribadi yang agak sopan. Yang kedua, asal njeplak. Ada juga yang maunya faktual tapi pendapatnya copy paste terus. Latar belakang Jokowi haters memang sulit dilacak. Tapi para Jokowi lovers menuduhnya sebagai pasukan nasi bungkus. Dengan kata lain, orang bayaran.
Jokowi Lovers juga bisa dipilah. Pemuja Jokowi, yang menganggap Jokowi manusia setengah Dewa, yang tidak boleh dicolek secolekpun oleh kritikan. Istilah pasukan nasi bungkus keluar dari jenis pertama ini. Ketika mendengar Jokowi dicapreskan, reaksi pertama mereka malah ketakutan pada serangan lawan. Padahal pujaannya sih tenang-tenang saja. Iyalah jagoan sejati kan tidak takut jika diserang, tidak lengah jika dipuji. Kedua, pendukung Jokowi. Nah,ini lebih smart dikit. Bisa dilihat dari isi artikelnya. Enak dibaca, tidak membabi buta. Tidak menganggap Jokowi haterssebagai musuh.
Di Kompsiana memang faktanya Jokowi haters minoritas. Dalam segala hal. Dari segi kuantitas, dan juga fasilitas. Fasilitas? Iyalah. Admin yang terang benderang mendukung Jokowi telah memberikan porsi yang besar buat Jokowi lovers. Hubungannya dengan soal ini, kehadiran Jokowi haters bisa jadi penyeimbang blog kroyokan ini dari tuduhan sebagai blog yang sangat tidak netral, sebagai blog corong salah satu capres.
Walaupun minoritas, tapi ada saja yang masih ketakutan dengan kehadiran para haters ini. Ya... Paling tidak, di Kompasiana kita bisa menilai kadar demokrasi era reformasi. Demokrasi yang masih berajalan di tempat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H