Mohon tunggu...
Balya Nur
Balya Nur Mohon Tunggu... Wiraswasta - Yang penting masih bisa nulis

yang penting menulis, menulis,menulis. balyanurmd.wordpress.com ceritamargadewa.wordpress.com bbetawi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kemarahan Taufik pada Hamba Tuhan Sembilan Senti

1 September 2016   11:18 Diperbarui: 1 September 2016   11:30 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di usia tuanya penyair Taufik Ismail punya hobi baru, marah-marah. Sebagai penyair tentu saja kemarahanya dtuangkan dalam sejumlah puisi yang panjang-panjang, sebab kalau pendek bukan lagi marah namanya, tapi menahan amarah.

Di sebuah simposium yang banyak dihadiri oleh fans club PKI, Pak penyair tua ini membacakan puisi kemarahannya pada kelakuan buruk PKI. Tanpa dikomando fans club PKI berteriak-teriak mengusirnya. Ada yang berteriak seperti pengamat sastra bahwa yang dibacakan oleh penyair senior kita ini bukan puisi. Mungkin bagi mereka puisi adalah kumpulan kata-kata indah yang bisa bikin hati adem seperti habis minum sirop dingin campur timun suri di bulan puasa. Atau mungkin puisi adalah kumpulan kata yang rumit, lebih rumit dari rumus ilmu hitung Muhammad bin Musa al-Khawarizmi. Pemilihan kata pada puisi Taufik Ismail yang tanpa polesan pemanis rasa bagi mereka tak lebih dari catatan harian anak sekolah yang baru diputuskan pacarnya.

Bukan hanya pada kelakuan buruk PKI saja pak Taufik menumpahkan kemarahannya. Pada perokok juga. Majas personifikasi yang digunakan tidak tanggung-tanggung. Pak tua kita ini menyebut para perokok sebagai hamba “ Tuhan Sembilan Senti.” Padahal perokok dari kelas ringan sampai kelas berat, sebiji zarah pun tidak penah terpikir menjadikan rokok sebagai tuhan keduanya. Malah sebaliknya, penganut atheis menganggap Tuhan sebagai candu.

Sasaran kemarahnnya ditujukan kepada siapa saja, dari berbagai macam profesi, latar belakang, pendidikan, sepanjang dia perokok maka pantas diberi stempel hamba tuhan sembilan senti

Tuhan Sembilan Senti

Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok,
 tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok,

Di sawah petani merokok,
 di pabrik pekerja merokok,
 di kantor pegawai merokok,
 di kabinet menteri merokok,
 di reses parlemen anggota DPR merokok,
 di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok,
 hansip-bintara-
 perwira nongkrong merokok,
 di perkebunan pemetik buah kopi merokok,
 di perahu nelayan penjaring ikan merokok,
 di pabrik petasan pemilik modalnya merokok,
 di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok,

Beruntung sastrawan tidak disebut padahal menurut kabar, Khairil Anwar adalah perokok berat. Menurut hikayat pula, sebagian besar penggiat sastra adalah perokok. Orang-orang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan termasuk yang tidak beruntung

Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok,
 di ruang kepala sekolah ada guru merokok,
 di kampus mahasiswa merokok,
 di ruang kuliah dosen merokok,
 di rapat POMG orang tua murid merokok,
 di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya
 apakah ada buku tuntunan cara merokok,

Pegawai kesehatan juga masuk daftar yang tidak beruntung, karena juga menjadi sasaran kemarahan pak Taufik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun