Maunya rezim ini sih sok modern. Supaya kelihatan paham teknologi digital, Capresnya sengaja menjebak Capres lawan dengan pertanyaan soal unikon. Disangkanya Prabowo nggak paham gituan. Supaya lebih jelas arah pertanyaannya, Capres lawan bertanya, maksud bapak yang onlen-onlen itu?
Pertanyaan Capres lawan jadi bahan tetawaan sekampung Lengkuas. Mereka menganggap kubu lawan nggak paham teknologi digital. Apalagi dimana saja Junjungannya  pidato, pasti membangga-banggakan soal unikon yang onlen 0nlen itu, kaya yang banyak paham saja soal itu.
Onlen-onlen bukan soal teknologi tapi soal mental. Percuma membanggakan onlen-onlen kalau mentalnya masih oflen. Cegukan dikit, langsung blokir. Gimana mau bicara 4.0, bisnis kecil-kecilan  via WA saja diganggu terus.
Dengan bangganya Menkopolinfo mengumumkan mengurangi kamampuan WA. Nggak bisa mengaplot gambar dan video. Jadi, jika ada yang jualan onlen via WA memberikan bukti transfer pembayaran, cuma terbaca pesannya saja. Bukti pembayarannya tidak bisa diaplot.Kan ngerepotin. . Bahkan, untuk versi WA versi Web sudah nggak bisa dibuka.
Alasannya, sama dengan alasan pemerintah orba yang memberedel media dengan alasan keamanan. WAG dianggap sarang hoax. Padahal kan WA bukan hanya berisi berita politik, tapi malah lebih banyak kepentingan umum yang lebih luas.
Lagian rezim yang takut dengan hoax kan sama saja dengan mengaku kalau omongan mereka nggak dipercaya rakyat. Rakyat lebih percaya pada sumber yang kurang jelas. Pemerintah seolah sudah putus asa karena penjelasn resminya nggak dipercaya oleh rakyat. Maka satu-satunya jalan, rakyat dipaksa menerima berita dari satu sumber saja, sumber pemerintah. Persis dengan cara orba yang pada awalnya melarang radio swasta membuat berita sendiri. Sumber berita harus dari Departemen Penerangan.
Setelah menghanguskan sejumlah akun fesbuk, kini WA jadi sasaran. Bukan mustahil, jika nanti belanja onlen disusupi oleh ini itu yang tidak berkenan di hati pemerintah, maka aksesnya juga akan dibatasi. Makanya jangan sok onlen onlen kalau mentalnya masih oflen.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H