Mohon tunggu...
Balya Nur
Balya Nur Mohon Tunggu... Wiraswasta - Yang penting masih bisa nulis

yang penting menulis, menulis,menulis. balyanurmd.wordpress.com ceritamargadewa.wordpress.com bbetawi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Mahalnya Permintaan Maaf

13 November 2018   12:56 Diperbarui: 13 November 2018   13:36 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Kali ini giliran Cawapres yang kena protes.  Sandiaga didemo oleh  sejumlah Santri di Jombang karena dituduh melangkahi makam KH Bisri  Syansuri , ulama besar yang ikut mendirikan NU di Indonesia.  Tuntutannya, Sandiaga harus minta maaf. KH Ma'ruf Amin diprotes oleh  Forum Tunanetra Menggugat karena dianggap telah menyinggung perasaan  kaum difabel karena KHMA menyebut orang yang tidak menghargai  keberhasilan jokowi disebut sebagai buta dan budeg.

 Sandiaga  tidak mau bersilang kalam. Dengan tulus dia mengaku salah dan minta  maaf. "Dan dalam ziarah tersebut, tadi juga ada ziarah kubur, di sini  juga ada pemandunya. Dan tanpa mau menyalahkan siapa-siapa, saya harus  berani mengambil risiko ini bahwa kesalahan ada di saya."
"Oleh  karena itu kesalahan saya, saya mohon maaf. Dan tentunya manusia penuh  khilaf, penuh salah. Dari lubuk hati yang paling dalam, saya mohon  maaf," kata Sandiaga.

 Permintaan maaf ini menambah koleksi  permintaan maaf dari kubu Prabowo-Sandi. Sebelumnya Prabowo meminta maaf  atas kasus Ratna Sarumpaet dan kasus tampang Boyolali. Sebelumnya,  ketua TKN mengeritik permintaan maaf Prabowo yang disebut sebagai sudah  dua kali beturut-turut dalam satu setengah bulan terakhir. Ditambah  dengan permintaan maaf Sandiaga, boleh dibilang ini hattrick yang  ditunggu-tunggu oleh TKN Jokowi-Maruf yang bisa dijadikan amunisi baru  buat "menyerang" kubu BPN Prabowo-Sandi. Boleh dibilang, daya ingat TKN  Jokowi-Ma'ruf ini luar biasa. 

Bayangkan saja, dalam satu diskusi, TKN  masih membawa-bawa soal jualan mayat saat Pilkada DKI, soal obor rakyat,  dan semacamnya. Apalagi hattrick permintaan maaf  ini. Pasti akan  dibiawa terus bahkan sampai beberapa tahun ke depan.

Kalau kubu  Prabowo surplus permintaan maaf, kubu Jokowi bukan defisit, tapi memang  pelit untuk minta maaf. Barangkali Permintaan maaf bagi mereka merupakan  aib, makanya mereka berani ngeledek Prabowo yang dua kali minta maaf.

 Sampai saat ini KH. Ma'ruf Amin belum mau minta maaf pada Forum  Tunanetra Menggugat. Bahkan wakil TKN, Abdul Kadir Karding  menuduh  protes para tunanetra itu sebagai politisasi kaum difabel.  Alasan Pak  Kyai, diksi buta dan budeg adalah bahasa Alqur'an seperti terdapat dalam  surah Albaqarah ayat 18. Hal itu juga diamini oleh timsesnya, Kyai  Maman imanulhaq dan Raja Juli Antoni.

 Pertanyaannya, kenapa tidak  sejak awal mengutip ayat itu? Tentu saja ini berhubungan dengan tekad  yang terus digelorakan oleh kubu Jokowi, Jangan jualan ayat! Jangan  politisasi Alqur'an! Situasinya sekarang, maju kena mundur kena. Maju  kena protes kelompok tunanetra. Mundur kena tuduhan jualan ayat. Dan itu  sudah dibuktikan dengan sempritan KH Agus Solachul A'am Wahib Wahab,  Ketua Barisan Kyai Santri Nahdliyin (BKSN) yang akrab disapa Gus A'am.

  "Menggunakan shummun bukmun 'umyun fahum laa yarji'uun untuk membela  Jokowi, sangatlah naf. Saya tidak habis pikir, bagaimana kalau hal  tersebut dilakukan yang lain? Pasti sudah turun jalan, demo. Kalau mau  membela Jokowi, mau menunjukkan sukses Jokowi, pakai data Yi. Jangan  mainan Ayat Alquran. Bahaya," tegas Gus A'am.

 "Orang bisa saja  menuduh balik. Bahwa sesungguhnya yang budek dan buta, itu justru yang  menafikan keadaan. Sudah tahu ekonomi babak belur, dibilang sukses.  Sudah tahu harga BBM, tarif listrik mencekik, masih dibilang aman. Sudah  tahu utang negara menggunung, masih dibilang prestasi. Sudah tahu  rakyat kecil menjerit, masih dibilang makmur. Ini bukan sekedar buta,  tetapi sudah dholim," tegas Gus A'am yang menyarankan agar Kiai Ma'ruf  pakai data, karena sukses seorang presiden itu, diukur dari data yang  ada. Sumber

 Masih beruntung Gus A'am tidak mengupas tuntas surah Albaqarah ayat 18  hingga tidak terjadi perang tafsir antar kyai. KH Ma'ruf Amin pun tidak  menjelaskan secara rinci  maksud ayat itu. Apakah ayat itu ditujukan  buat umat yang tidak mau mengakui keberhasilan seorang presiden,  presiden mana saja termasuk Raja Arab Saudi, atau lebih jauh lagi,  semasa khulafaurosyidin? Pertanyaan itu memang bukan kelas kita, itu  kelas Gus A'am dan Kyai Ma'aruf Amin yang sudah khatam luar dalam.

 Lebih aman pertanyaan itu ditujukan sekelas Raja Juli Antoni saja yang  mengatakan, "Dalam Al-Quran, sudah dijelaskan untuk mendeskripsikan  orang-orang tidak mau menerima kebenaran mesti sudah berulang-ulang kali  sudah didakwahkan. "  Kemudian Raja mengutip surah Albaqarah ayat 18.   Raja tidak menjelaskan, kebenaran apa yang dimaksud? Apakah  termasuk  keberhasilan seorang presiden?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun