Mohon tunggu...
Balya Nur
Balya Nur Mohon Tunggu... Wiraswasta - Yang penting masih bisa nulis

yang penting menulis, menulis,menulis. balyanurmd.wordpress.com ceritamargadewa.wordpress.com bbetawi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Di Bawah Ancaman Parpol

21 Desember 2017   13:55 Diperbarui: 21 Desember 2017   15:12 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sewaktu  Ahok masih galak-galaknya dia sesumbar tidak butuh  Parpol.Pendukungnya nggak kalah galaknya, menganggap parpol seperti  virus penyakit yang harus dihindari. 

Parpol seperti semut,  popularitas seorang tokoh seperti gula.  Ketika rombongan besan parpol  datang melamarnya, numpang ngetop dengan popularitas Ahok, akhirnya Ahok  nyerah juga. Sejuta KTP belum jelas ujung pangkalnya, hadiah cuma-cuma  barisan parpol kenapa harus disia-siakan?

Itu dulu. Sekarang parpol gantian galak. Pilkada DKI membuktikan,  elektabilitas tokoh nggak  menjadi jaminan kemenangan. Mesin parpol lah  yang memainkan peran lebih buat kemenangan. Mesin Parpol punya perangkat  mendeteksi arah angin, isu yang sedang berhembus, hingga mesin bilang,  aku tahu apa yang kalian mau.

Pada saat banyak orang ngetop mulai  kapok maju sebagai calon independen dengan  modal elektabilitas yang  dijajakan oleh sejumlah mesin survey, Ridwan Kamil masih terlena dengan  elektabilitas yang betah diatas, malas turun.

Lamaran parpol  dengan kursi paspasan yang mau numpang ngetop dengan elektabilitas RK  diterimanya seolah mendapat rejeki nomplok. Dia meningalkan begitu saja  PDIP  yang telah jauh-jauh hari menjanjikan akan mengusungnya sampai ke  kursi Jabar satu , atau Parpol yang selama ini menjadi teman baiknya  seperti Gerindra dan PKS.

RK juga tidak menyadari, parpol yang  punya kursi lumayan sekarang lagi galak-galaknya.  Dukungan Golkar, PKB,  dan PPP yang dulu sewaktu mendukung Ahok mengaku mendukung tanpa  syarat, sekarang membawa persyaratan yang bikin kepala  pusing tujuh  setengah keliling

Golkar, PPP, PKB punya syarat yang sama,you  nggak pake ai punya kader buat you punya wakil, gudbay mailop.Tertutup  lah jalan buat musyawarah. Terbukalah jalan buat marah. Golkar marahnya  kelewat cepat sampai bikin RK nggak sempat bernafas, Golkar sudah hilang  dari genggaman.

PPP dan PKB pun kompak mengancam RK,ente nggak  mau kader ane jadi wakil ente, wassalam.Bisa dibayangkan seperti apa  suasana batin RK. Kalau toh misalnya ketiga parpol itu bermusyawarah  mufakat memilih salah satu wakil dari PKB atau PPP, suasananya sudah  nggak kondusif lagi. Apa sih enaknya menjadi Cagub dibawah ancaman  parpol? Bisa dibayangkan, kaya apa nanti pas kampanye. Ribetnya minta  ampun. Bukan ngurusin kampanye malah berantem di dalam.

Nggak  tahulah apa yang sekarang sedang dipikirkan RK. Elektabilitas tertinggi  hampir nggak ada gunanya. Apakah dia akan masuk ke partai politik, atau  berniat kembali menjadi arsitek. Hidup lebih nyaman, tenteram.  Kalau  mau hidup ribet, ya masuk parpol.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun