Mohon tunggu...
Balya Nur
Balya Nur Mohon Tunggu... Wiraswasta - Yang penting masih bisa nulis

yang penting menulis, menulis,menulis. balyanurmd.wordpress.com ceritamargadewa.wordpress.com bbetawi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mata Genit Abu Janda

6 Desember 2017   09:31 Diperbarui: 6 Desember 2017   09:44 3216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 Kalau saja Abu janda menggunakan matanya untuk membaca,  penampilannya di ILC TV One semalam tidak akan mempermalukan dirinya  sendiri. Entahlah apakah Abu Janda masuk dalam golongan penulis atau  penyinyir. Kalau penulis, membaca itu hukumnya wajib. Menulis tanpa  membaca seperti memasak tanpa paham menu. Mestinya pake micin tapi malah  pake jahe.

 Seperti kerasukan setan komandan Kompeni ( belum  dengar ya jenis setan itu? )  Abu Janda memerintahkan polisi menangkap  pembawa bendera hitam  bertuliskan lafadz syahadatain. Suaranya lebih  keras dari komandan upacara. Kosa katanya khas kecebong, " Tangkaaaaaap.  "

Untuk mengurangi sedikit rasa  malunya sebelum terlanjur ada  yang bertanya dalil, buru-buru Abu Janda mengaku bukan ustadz. Dia juga  buru-buru menolak menolak jika ada yang ada menyebut bendera itu adalah  bendera Rasulullah. 

Dengan sok pede, dia memberi contoh bendera  Rasulullah. Karena matanya cuma digunakan buat menggoda jejaka kampung  sebelah, walhasil dia dipermalukan ust. Felix yang dengan akurasi pas  mantab dengan sedikit jurus sombong untuk orang sombong, bahwa gambar  yang ditunjukkan oleh Abu Janda adalah bendera utsmani. Mata Abu janda  langsung menyipit seperti orang teler.

 Untuk menutupi rasa  malunya, Abu Janda tetap ngotot kalau bendera hitam bertuliskan  syahadatain adalah bendera HTI. Kalau saja mata Abu Janda digunakan  untuk membaca, sedikit meluangkan waktu mengunjungi link.

 Pernyataan resmi Mendagri : Dirjen Politik dan Pemerintahan Umum  (Polpum) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Soedarmo membantah  berita yang mengakabarkan kalau dirinya melarangan pengibaran bendera  tauhid yang identik dengan logo dan lambang Hizbut Tahrir Indonesia  (HTI).

 "Yang kami larang itu adalah bendera dengan simbol HTI,  bukan bendera tauhid. Keduanya berbeda, kalau HTI ini mencantumkan  tulisan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) di bawah kalimat  Laillahaillallah," kata Soedarmo lewat pesan singkatnya pada Sabtu  (22/2).

 Menurut dia, media tersebut menyebarkan informasi yang  sifatnya provokatif tanpa melihat dampak yang akan timbul bagi bangsa  dan negara ke depannya. Ia juga mengimbau agar publik tak bersikap  reaktif dan terpancing dengan berbagai isu-isu pemberitaan seperti ini.

 Sangat mengherankan dari jutaan pasang mata yang menyaksikan reuni 212  cuma Abu Janda yang punya foto bendera Arrayah berada di atas bendera  merah putih. Dari mana foto itu? Siapa pembawa foto itu? Dari sejumlah  foto, video yang beredar, bendera merah putih selalu ditaruh di atas  bendera Arrayah

 Kalau pun foto itu benar, maka bahasanya kan  bukan, " tangkaaaap" tapi minta kepada polisi untuk menyelidiki  kebenaran foto itu dan minta untuk menindaknya. Jadi sangat  mencurigakan. Jangan-jangan ...ah sudahlah.

 Kembali ke soal  bendera. Kalau pake logika paspasan Abu Janda, bahwa setiap bendera  warna hitam bertuliskan syahadatain pasti bendera HTI, maka Polandia  menghina bendera kita karena menggunakan bendera terbalik.  Monaco juga  harus dituntut karena "menjiplak" bendera kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun