Mohon tunggu...
Balya Nur
Balya Nur Mohon Tunggu... Wiraswasta - Yang penting masih bisa nulis

yang penting menulis, menulis,menulis. balyanurmd.wordpress.com ceritamargadewa.wordpress.com bbetawi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Denny Siregar Gagal Meracik Buah Simalakama Menjadi Kopi?

13 Agustus 2017   09:12 Diperbarui: 13 Agustus 2017   09:15 2339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

  Apalagi yang mau distory telingkan oleh Pak Muhadjir? Sebagai Ormas  Islam terbesar tentu NU sudah khatam bolak-balik, sudah paham huruf demi  huruf kebijakan FDS sebelum melancarkan protes dari berbagai jenis.  Mulai dari "mengutus" pak Kyai Ma'ruf Amin yang berbicara enam mata  dengan Pak Presiden dan Pak Muhadjir, menunggu realisasinya, tak kunjung  datang, lalu protes di jalanan ala FPI. Masih anteng-anteng saja.  Sampai ada yang nekad menulis surat terbuka, curhat pada Kaesang agar  bisa merayu Bapaknya membatalkan FDS. Masih ente anggap belum paham soal  FDS sampai ke usus-ususnya, Den?

 Dalam tulisannya FP   diantaranya menulis, Olah hati bisa direalisasikan dengan menerapkan  aneka pendidikan tambahan seputar agama, akhlak, dan lainnya. Tujuannya  agar peserta didik punya kecerdasan etik (akhlak) yang tinggi.

  Kok rasa-rasanya seperti mengajarkan Elsa Monora Nasution berenang. Apa  FP menganggap NU nggak tahu soal pentingnya olah rasa? Bukan soal itu,  Bro. Soal lamanya belajar itu yang dianggap akan mematikan madrasah  diniyah. Cukup fokus ke soal itu saja. Kalau fokus ke soal itu memang  teori soal story telling terbantahkan semua.

 Bahkan ketika ada  gagasan akan memasukan guru diniyah ke dalam "jam pelajaran" FDS pun  tetap ditolak, kok. Alasannya, guru diniyah bukan sekedar guru yang  mengajar, tapi lebih dari itu. Guru Madrasah Diniyah beneran adalah guru  yang teruji kesholehannya, menjadi panutan sebagaimana orang tua  sendiri sebagaimana ajaran kanjeng Nabi yang menyuruh kita menghormati  orang tua kita, mertua kita, dan guru kita. Kalau berangkat ke Madin  mencium tangan orang tua bagai mencium tangan ustadz di Madin, maka di  sekolah Madin saat mencium tangan ustadz juga sperti mencium tangan  orang tua di rumah. Paham,Den?

 Jadi jangan heran  kalau di  sejumlah komentar fesbuk di status DS itu malah kebanyakan yang menolak  teory kegagalan "strory telling"  Pak Muhadjir. Malah banyak yang  menganggap tulisan DS kali ini adalah tulisan yang terburuk.  Sampai-sampai DS yang jarang berkomentar, menyempatkan komentar bernada  ngomel, "Ini artikel bukan masalah setuju apa tidak setuju, tp bicara  masalah komunikasi.. jgn pada gagal fokus ya, " tulis Denny di kolom  komentar di statusnya sendiri.

 Lha yang gagal fokus siapa? NU  protes lamanya belajar sehingga akan mematikan madrasah diniyah, tapi DS  bicara soal olah hati, soal pentingnya rekreasi keluarga, soal gagalnya  komunikasi pemerintah. Malah membuktikan gagalnya DS berkomunikasi  karena berhadapan dengan buah simalakama yang kalau berhasil diracik  jadi kopi pun akan menjadi kopi sianida.

 13082017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun