Mohon tunggu...
Balya Nur
Balya Nur Mohon Tunggu... Wiraswasta - Yang penting masih bisa nulis

yang penting menulis, menulis,menulis. balyanurmd.wordpress.com ceritamargadewa.wordpress.com bbetawi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ikhlas

27 Oktober 2012   06:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:20 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku seekor domba jantan yang kehilangan gairah bercinta. Aku tidak tahu penyebabnya. Majikanku beberapa kali memaksaku mengawini betina. Bukan aku tidak ingin, tapi aku tidak bisa. Aku sendiri heran, aku merasa nyaman jika berada dalam kumpulan domba jantan. Aku merasakan kehangatan tidur berhimpitan dengan meraka. Namun aku diperlakukan buruk. Beberapa kalu bokongku ditanduk. Aku selalu bermohon pada Tuhan agar gairah bercintaku hidup. Agar aku bisa memenuhi keinginan majikanku pada musim kawin.

Tuhan mendengar doaku. O, inilah rasanya gairah itu. Seluruh tubuhku terasa ngilu. Untuk mengurangi rasa itu, aku melompat, menggosok-gosokan tandukku pada apa saja yang ada di dekatku. Aku tidak sabar menanti kedatangandomba betina.

Aku melihat majikanku membawa domba betina. Baru kali ini aku melihat domba betina secantik itu. Aku berusaha menghampirinya, tapi ikatan di leherku terlalu kuat. Domba betina itu menatap iba padaku. Ah, rupanya dia bukan hanya cantik, tapi juga terpancar kebaikan hatinya. Dia cocok untuk melahirkan anak-anaku.

Majikanku melepas tali di tiang kandangku. Ah, inilah saatnya merasakan kenikmatan yang belum pernah aku rasakan. Tapi majikanku menyeretku ke arah lain. Aku berteriak, melompat, namun sia-sia. Dengan kasar aku dimasukan ke atas mobil bak terbuka, bercampur dengan domba jantan lain. Betinaku rupanya memamahi kegelishanku. Dia berusaha menghampiriku, tapi tali yang mengikat di lehernya terlalu kuat untuk diputuskan. Mobil melaju. Betinaku semakin jauh.

Aku tahu betul tempat ini.Tahun lalu aku juga berada di sini. Jika ada orang yang datang membeli diantara kami, sudah pasti ajalnya tidak akan lama lagi. Tahun lalu aku termasuk yang selamat. Tidak ada pembeli yang berminat. Kalau pun ada, aku tidak keberatan. Aku tahu, disembelih pada hari raya penyembelihan lebih terhormat dibandingkan hari lain.

Tapi kali ini berbeda. Aku tidak ingin mati sebelum merasakan gairahku tersalurkan. Lebih dari itu. Aku ingin memiliki generasi penerusku, yang wajahnya mirip aku. Aku ingin mohon penangguhan penjualan pada majikanku dengan caraku agar jangan tahun ini aku di taruh di sini. Aku terus melompat,menanduk apa saja yang bisa aku tanduk agar majikankumengerti. Kalau toh tidak diberi penangguhan, paling tidak didatangkan domba betina untuk memenuhi gairahku.

Usahaku nampaknya sia-sia. Malah sebagai hukumannya, tali pengikatku diperpendek. Aku tidak bisa lagi melompat. Seluruh tubuhku terasa nyeri oleh sebab kelelahan melompat dan menanduk, juga oleh sebab gairahku yang tak tertahankan. Aku cuma bisa berdoa semoga tidak ada pembeli yang tertarik membawaku ke upacara hari raya penyembelihan.

Doaku kali ini tak terkabul. Sekarang aku berada di halaman sebuah masjid bersama domba jantan lain. Upaya terakhirku mencoba meminta penangguhan penyembelihan pada panitia penyembelihan. Aku melompat, menanduk sekuat-kuatnya. Dua penjaga masjid itu tak perduli. Aku berharap ikutanku lepas, aku ingin berlari mencari domba betina siapa saja, tak perlu domba betina majikanku. Usahaku berhasil. Ikatanku lepas. Aku berlari sekuat tenaga, tapi pagar masjid itu terlalu tinggi, hingga aku berhasil ditangkap oleh dua penjaga itu. Aku meronta,menendang menanduk, berteriak. Dia sama sekali tidak merasa belas kasihan padaku, atau barangkali tidak mengerti bahasaku.

Aku pasrah. Hidupku akan berakhir hari ini. Aku barangkali memang ditakdirkan tidak mempunyai keturunan. Aku harus ikhlas. Tanpa keturunanku, domba-domba akantetap lahir dari benih-benih yang lain. Beberapa orang megangi kakiku. Pisau mengkilat menempel di leherku. Salah seorang dari mereka mengucapkan sesuatu yang aku tidak paham. Sebenarnya tanpa mereka pegangi aku tidak akan berontak. Pada hari raya penyembelihan ini, aku harus ikhlas mati dengan terhormat. Kalau ada surga khusus untuk binatang, aku berharap akan bertemu betinaku di sana. Betina yang lebih cantik dari yang aku pernah lihat di dunia ini.

26 Oktober 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun