Lautan emosi melanda negeri ini. Emosi bisa menutup mata indah kita. Bisa terjadi pada siapa saja, strata apa saja. Pada pelajar,maka lain sekolah dipandangnya sebagai musuh, maka tawuran. Pada simpatisan sebagian cabup atau cagub, maka simpatisan calon lawan adalah musuh, maka anarkis. Sebagaian warga Desa bertetangga menganggap warga tetangganya musuh, maka tawuran.
Pada kalangan orang pintar dan LSM, simpati pada KPK sama dengan tidak memerlukan polisi. Polisi sudah dianggap sebagai penyakit kusta yang harsu dijauhi, bahkan dimusnahkan. Ya, emosi memang membuat orang sepintar apa pun menjadi tidak realistis. Untuk menyelamatkan KPK dengan membubarkan Polisi, sungguh absurd. Seolah hidup ini hanya persoalan korupsi. Siapa yang mengurus narkoba dan kriminalitas lain, siapa yang mengurus teroris ? Kita semalam bisa nyenyak tidur, bisa berusaha dengan relatif aman, sudah tidak terdengar lagi bom dengan kekuatan yang sangat besar. Tentu saja itu bukan wilayah kerja KPK. Polisi,kan?
Abraham Samad, kalau sudah puas berorasi, bekerjalah lebih keras lagi, berantas korupsi sampai ke akar-akarnya!
Pak Kapolri, walaupun diterjang gelombang hujatan, jangan mengurangi rasa aman dan nyaman di masyarakat.
Kita juga jangan membebani aparat keamananan dengan kegemaran baru: Tawuran.
Lepas kacamata kuda yang hanya bisa melihat pada satu persoalan saja.
Save KPK!
Save Polisi!
Save Indonesia!
Jika Anda sedang mengerjakan sesuatu yang penting di komputer Anda, jangan lupa di-Save. Ini juga penting.
8 Okt.2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H