Mohon tunggu...
Balya Nur
Balya Nur Mohon Tunggu... Wiraswasta - Yang penting masih bisa nulis

yang penting menulis, menulis,menulis. balyanurmd.wordpress.com ceritamargadewa.wordpress.com bbetawi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Esther, Kapan Kamu ikut Tahlilan?

9 Maret 2014   04:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:07 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya saya malas menulis artikel ini. Saya tidak mau “mengotori” akun saya dengan menanggapi tulisan asal njeplak. Karena akun saya termasuk akun yang berada di bawa ambang batas hit, menanggapi tulisan orang ngetop sedunia kompasiana bisa dianggap cari popularitas. Tapi setelah membaca artikel Esther Lima, 6 Maret 2014, di bawah judul Menggunting Kiswah Kabah, Mengapa Salah?

Saya ingin berkomentar, tapi entah kenapa, saya coba berkali-kali gagal terus, logout terus. Barangkali karena kompasiana sedang melakukan pembenahan. Terpaksa saya menulis artikel ini yang sebnarnya nggak penting-penting banget sih.

Saya bukan ingin menanggapi soal “pencurian” Kiswah. Soal Esther massih usil terhadap agama lain sih sudah biasalah. Sudah menjadi semacam penyakit akut yang sulit disembuhkan. Saya cuma ingin menanggapi salah dua paragraf yang berhubungan dengan tahlilan. Saya kutip paragraf itu ( huruf miring/italic dari saya )

Kebiasaan mengambil yang bukan miliknya, yang dilakukan sejak kecil mengakibatkan tidak adanya rasa bersalah sedikitpun saat dewasa tatkala mengambil yang bukan miliknya.

Beberapa waktu lalu, selesai acara tahlilan, seperti biasa kue-kue dihidangkan. Saya menanti piring kue yang di-estafetkan untuk sampai ke tempat saya. Tidak tahunya berhenti di seorang ibu, yang bukannya meng-estafetkan piring kue, malah menuang seluruh sisa kue ke tasnya. Saat piring kedua datang, dia melakukan hal yang sama. Menuang seluruh kue ke tasnya.

Sebuah kebiasaan membawa pulang yang tidak seharusnya dibawa pulang tanpa rasa bersalah.

Esther bercerita sebagai orang pertama, pelaku yang ikut tahlilan. Saya meragukan. Sangat meragukan. Pembagian kue yang diestafetkan seperti yang diceritakan sangat tidak lazim dilaksanakan pada tiap acara tahlilan.

Barangkali kalau yang pernah ikut tahlil sangat paham. Setelah tahlil dan doa dibacakan, tuan rumah menyuguhkan kue-kue dalam piring. Pada tahap ini, tidak mungkin ada satu pun orang yang sekonyol seperti yang diceritakan Esther. Kue-kue itu di di taruh di hadapan jamaah tidak secara estafet penuh tapi katakanlah setengah estafet.

Tahap berikutnya, berkat ( baiasanya nasi dan aluk pauk, atau sembako ) dalam bungkus plastik dikeluarkan diberikan secara estafet penuh. Tahap ketiga, sisa kue pada tahap pertama tadi masing-masing orang memsukan ke dalam plastik berkatnya. Biasanya tuan rumah memberikan kantong plastik tambahan buat menghabiskan sisa kue itu. Biasanya memang sampai tidak tersisa. Barangkali tahap ketiga ini yang ingin diceritakan Esther berdasarkan --barangkali -- cerita mungkin tetangganya yang pernah ikut tahlil.

Kalau benar tahap ketiga yang dimaskud Esther, apa maksud Esther dengan menyamakan mengambil kue-kue itu sebagai mengambil bukan haknya? Membawa pulang yang bukan haknya? Atas dasar apa “tuduhan” itu?

Acara tahlilan memang bukan “syariat” Islam. Dia adalah tradisi yang disesuikan dengan ajaran Islam. Sebagaimana dalam tradisi, ada “aturan” tidak tertulis yang dipahami oleh masyarakat penganut tradisi itu.. Pihak pengundang akan merasa dihormati dengan kehadiran undangan tahlilan itu. Berkat yang diberikan sebagai ucapan terima kasih. Kue yangdihidangkan tidak boleh tersisa. Pengundang akan merasa senang jika kue yang tersisa dihabiskan oleh undangan. Jika tidak, dia merasa ada sesuatu yang kurang, karena dia telah mengihlaskan seluruih makanan yang dia keluarkan untuk dibawa pulang. Buat shohibul hajat ( tuan rumah ) tentu saja masih ada persediaan makananyang sengaja dia sisakan untuk hidanganfamilinya seusai acara tahlilan.

Nah, menghabisklan kue dalam sebuah acara tahlilan menyamakanya dengan mengambil yang bukan haknya adalah membuktikan ketidak pahaman pada tradisi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun