Mohon tunggu...
Balqis Zahra
Balqis Zahra Mohon Tunggu... lainnya -

"Good Bad Who Know"

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kalbu Cinta Bagian 4 (2)

31 Januari 2015   02:03 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:04 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Aku ditawari menjadi seorang guru di salah satu sekolah dasar. Sebenarnya aku tertarik namun aku masih belum begitu yakin dan akhirnya aku menggantung tawaran tersebut. Hari terus berlalu hari ini aku masih dalam hitungan cuti kuliah, entahlah.., bukannya aku tak mau melanjutkan kuliahku tapi tahu sendiri kini keadaan keuangan keluargaku yang susah.

Saat melamun aku teringat dengan tawaran mengajar yang aku gantung beberapa minggu lalu, aku rasa kini aku sadar bahwa aku membutuhkan pekerjaan tersebut. Esoknya, aku telah sampai di sekolah dasar yang kemarin menawariku pekerjaan. Aku bertemu dengan kepala sekolah langsung dan aku mengikuti interview. Selepasnya, aku diminta datang kembali satu minggu setelahnya.

Ayah dan ibu sudah merestuinya begitu juga dengan hanni, semoga aku cepat mendapatkan pekerjaan ini.

Sudah satu minggu semenjak interview berlangsung dan aku kembali. Beruntung pihak sekolah menerimaku dan memintaku bekerja hari ini juga. Aku memperkenalkan diri kepada rekan-rekan kerjaku serta murid-muridku dan mereka menerimanya dengan baik.

Aku bekerja di sebuah sekolah yang lumayan elite. Pihak sekolah memiliki kantin yang menyediakan makan siang tanpa membelinya dan dijamin kebersihannya. Aku duduk disebuah bangku didekat jendela. Suasana saat itu lumayan sepi, ini dikarenakan para guru dan siswa kebanyakan telah makan siang.

Tiba-tiba dari arah pintu aku melihat pria, dandanannya seperti seorang guru. Namun, saat perkenalan tadi aku tidak melihatnya. Lalu pria itu menghilang. Kurasa ia sedang mengambil makan siangnya. Dan aku melanjutkan makan siangku dengan santai.

“ehem-ehem, boleh duduk disini?” tiba-tiba terdengar suara pria yang membuatku kaget dan tersedak. “ups, maaf jadi keselek begini” ucapnya. Aku langsung memasang ekspresi kesakitan karena tersedak. Pria tadi langsung menyodorkan air mineral kepadaku, dan dengan cepat aku mengambilnya serta meminumnya.

Dari air mukanya aku melihat bahwa dia ketakutan melihatku, lalu aku menatapnya sambil tersenyum dan mulai berbicara. “nggak papa, hanya keselek kok. Oh yaa, silahkan duduk silahkan” jawabku dengan tersenyum sembari menengok ke bangku yang kosong, membolehkan dia duduk.

Dia membuka percakapan, namanya Yusuf Muhammad Akhsan. Dia memintaku memanggilya mas Yusuf, selama ini orang-orang disekitarnya memanggil dia pak Akhsan atau kak Akhsan. Karena ini permintaannya langsung mana mungkin aku dapat menolaknya. Mas yusuf adalah orang yang baik dan mudah bergaul. Aku merasa nyaman bercakap-cakap dengannya. Dia juga sopan serta humoris, selalu menyenangkn bagiku membalas celotehannya.

Bel berbunyi, mas yusuf dan aku beranjak meninggalkan kantin, kami bersama-sama berjalan menuju kantor, “dek, aku ada jam ngajar.., aku duluan yaa” kata mas yusuf berpamitan. Aku mengangguk dengan cepat sambil melempar senyuman, dia bergegas meninggalkan meja gurunya. Saat ia beranjak, ia menoleh padaku dan berkata “nanti pulang denganku mau dek?”

Aku tidak bisa begitu saja mengiyakannya. Aku akan sangat malu dengan ayah dan ibu apa bila mereka melihatku diantar dengan pria yang tidak merek kenali pada awal hari aku bekerja. Dengan halus aku menolak permintaan mas yusuf. Kurasa dia adalah orang yang sangat menghargai orang lain, dia tidak memaksaku dan langsung mengerti kemauanku.

Seusainya, aku keluar menuju gerbang menanti angkutan umum. Tiba-tiba aku bertemu dengan ibu nia. Najma Imania namun lebih akrab dipanggil ibu nia. Aku pulang sdatu angkot dengannya, orangnya begitu periang dan supel. Aku memintannya memanggilku nabila apabila dalam keadaan santai. Maka dari itu kami membuat persetujuan untuk tidak mengguakan kata ‘bu’ apa bila sedang dalam keadaan santai.

Nabila begitu beruntung, di hari pertamanya bekerja ia sudah dikenalkan dengan orang-orang yang baik dengannya. Sesampainya aku dirumah,  ibu menyambutku dan bertanya macam-macam padaku. Ada ayah pula disitu, “nak, kamu kuliah lagi yaa.., mengulang saja semester ini” tiba-tiba permintaan ayah menyelinap saat candaan sedang dilempar sana-sini. “iyaa ayah, nabila akan kembali berkuliah. Nabila tidak mau mengecewakan ayah dan ibu kembali” jawabku.

Hari makin gelap, seusainya sholat isya’ aku menyiapkan materi-materi mengajarku esok. Aku bahagia hari ini, hidupku mulai berwarna kembali.., kini aku merasa lebih bebas menghirup udara disekelilingku.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun