4
Jika matahari itu sosok, mana mungkin saat ini aku akan bersahabat dengannya. Sama bila Hanni itu bukan diciptakan sebagai insan pasti aku tidak akan bersahabat dengannya..
Lolongan ayam terdengar, suaranya masih sama, ritmenyapun masih sama "kukuruyuuukkk" dari dulu hingga sekarang pekikan ayam dipagi hari tetap sama, tidak pernah berubah.
Entahlah, selesai sholat subuh aku duduk terdiam disamping dipanku, merenung atau melamun aku tidak tahu. Namun, hal ini tidak terjadi lama, langsung saja aku ambil kitab suci al-qur'an dan mulai bertadarus untuk mengisi kekosongan pagiku serta untuk mengobati kerinduanku kepada baginda nabi.
"Antarkan salamku pada kekasihMUYaa Rabb, salam rinduku." Kuakhiri tadarusku dipagi ini dengan menitip salam pada Allah untuk rasulku..
Lagipula dinginya pagi sudah tak terasa, yang ada justru hangat yang mengepung saat ini. Kehangatannya yang seakan-akan memeluku penuh kasih Ilahi, kenikmatan yang sungguh indah. Subhanalloh, keagunganmu Yaa Rabb.. Untuknya jadikan aku pula ciptaanmu yang mengagungkanmu selalu. Bisiku dalam hati.
"Nak, nak.. Ini ada Hanni" tutur ibu dari luar kamar. "Iyaa buu, sebentar" jawabku sedikit berteriak. Kulepas mukenaku dan langsung mengenakan kerudung biruku.
Criiiiitt.., bunyi pintu kamarku berderit, kulangkahkan kakiku menuju beranda rumah, ada Hanni disana bersama secangkir teh yang menemaninya. "Pagi Hanni jelek" ejekku membangkitkan gairah. "Eeeh jelek, sudah bangun nih? Huh! Perempuan jam segini baru bangun? Balas Hanni meledek. "Eh, eh, eh ngeledek yah? Baru selesai tadarus Hanniku, sahabatku"
"Iyaa deh iyaa, eh nanti ada acara?" Tanya Hanni menyerang. "Sebentar, kamu kesini pagi2 ada apa? Nanti aku tidak ada acara apapun" jawabku. "Aku rindu kamu. Hihihi.., restu mengajak kita jalan-jalan nanti siang" balas Hanni lagi. Aku berfikir kiranya aku mau tidak yaa untuk jalan-jalan bersama Hanni dan Restu. "Ayoolah Nab, itu yaa.., aku mohon" rengek Hanni. Mendengarnya memaksa aku jadi tidak tega, akhirnya kuiyaakan kemauangnya.
Aku mengangguk sambil tersenyum lebar, menandakan aku sangat bersedia setidaknya begitu. Melihat aku mengiyakan kemauanya. Hanni langsung bersorak dan mencubit pipiku, aku membalas mencubitnya lirih lalu lari mencoba menghindari kejailan-kejailan hanni selanjutnya.
Usai mandi dan berkemas-kemas aku dan Hanni langsung menuju kediaman restu. Semenjak pertemuan dirumah kak zubair aku, Hanni dan restu jadi agak dekat. Sebelum pergi aku dan Hanni berpamitan kepada ayah dan ibu. Ayah berpesan untukku tidak pulang terlambat serta menjaga diri. "Assalamu'alaikum, Nabila pergi yaa bu, yaah" ucapku salam sambil menutup pintu.
Tidak sampai 10 menit sebuah angkutan kota menghampiri kami. "Ayoo dik, mau kemana?" Tanya si supir. "Jalan merpati, Gg.seruni pak?" Jawab Hanni. "Ooo, ayo-ayo masuk" ajak pak supir. Suasana angkot yang ruwet dan sumuk membuat perjalanan terasa amat lama hingga akhirnya tibalah aku dan hanni di tempat yang dituju. "Kiri pak, ini uangnya. Makasih yaa" kataku sambil menyodorkan uang Rp.3000,- untuk 2 orang.