Mohon tunggu...
Balqis Zahra
Balqis Zahra Mohon Tunggu... lainnya -

"Good Bad Who Know"

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kalbu Cinta Bagian 4 (3)

20 Februari 2015   10:09 Diperbarui: 11 Oktober 2017   06:22 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

.... Terhitung sudah 2 bulan aku bekerja, makin hari aku makin dekat dengan mas yusuf, nia menjadi teman dekatku di sekolah. "Hey nab, pak akhsan kayaknya nyaman sekali kalau sedang dekat denganmu. Eeemm, kayaknya dia suka sama kamu nab" bisik nia saat mas yusuf lewat sambil menyunggingkan senyuman didepanku dan nia. Aku melirik ke arah nia, lalu tersenyum nakal padanya. "Oh ya? Lalu kalau pak Husein itu bagaimana yaa? Aku rasa dia suka denganmu" ledeku menyindir. Kepalanya langsung menoleh ke arahku dg cepat. Ku rasa kepalanya terasa sakit karena nia menoleh dengan sangat cepat. Satu tangannya digunakan untuk menopang kepalanya. "Jangan mengada-ada kamu ah nab, kak husein itu cuma temen kok, partner kerja!" Jawabnya sewot. "Kak husein? Sejak kapan kamu panggil dia 'Kak' nia?" Balasku sambil tertawa geli. "Aaaahh.., nabila! Sudah dong kenapa jadi aku yg dipojok-pojokan begini si" timpal nia murung. Aku tersenyum geli sambil menggelengkan kepala lalu kembali ke pekerjaanku. Saat sore hari aku melanjutkan tugasku menjadi seorang mahasiswa. Pernah suatu sore, mas Yusuf mengantarku ke kampus. Saat itu cuaca sangat mendung, tidak ada angkot satupun yang melewatiku. Aku sempat putus asa dan memutuskan pulang. Namun beruntungnya aku, mas yusuf datang menawarkan tumpangan padaku. Awalnya aku sempat menolak dan mas yusuf terus memaksa. Beberapa kali ia membujukku dan akhirnya aku bersedia diantarnya menuju kampus. Dan beruntungnya lagi saat itu guru-guru sudah pulang semua, aku pasti malu sekali kalau ada guru lain yang melihatku dengan mas yusuf. Ini adalah hari minggu biasanya Hanni mengajaku ke pasar. Namun sudah pukul 08.30 Hanni belum juga datang. "Assalamu'alaikum..," saat aku hendak meninggalkan beranda ruamah ada suara wanita yang kukenal, aku menengok ke arah penjuru terlihat disana Hanni dan Restu. "Wa'alaikum salam.., aku kira kalian lupa bahwa hari ini adalah hari minggu" jawabku bernada meledek. Hanni dan Restu mengajakku ke pasar bersama-sama. Lalu tak beberapa lami kami berpamitan pada ayah dan ibu. Dengan berjalan kaki kami sudah sampai di pasar, kami berbelanja banyak sayuran untuk dimasak. Restu membeli ayam potong lalu mengeluarkan dompet untuk membayarnya. Aku terkejut, diam dan tertegun kacau. Aku melihat foto kak Zubair dengan Restu di dompetnya. Perasaanku beku dan sesakpun menyergap. Lututku dibuat lemas seketika. Sebenarnya hubungan apa yang kak Zubair dan Restu miliki. Dari dalam, jiwaku menjerit melepas kesakitan. Aku akan meledak karena ini semua. Aku sadar aku menangis, aku sadar aku mencengkeram kuat lengan Hanni. Hanni melihatku, sorotan matanya mampu membaca perasaanku. Aku tak mampu berkata-kata, semua tertahan dan tercekat ditenggorokanku. "Restu itu kak bai' yaa..?" Tanya Hanni menyergap. Dengan cepat aku menghapus air mataku. Mataku ku kedip-kedipkan menghilangkan warna merah yg membekas akibat tangisanku. Restu kembali membuka dompetnya dan mengambil foto dirinya dengan seorang yang sangat aku yakini itu kak zubair. Restu mengusapnya lalu tersenyum, "Aku akan menikah dengan kak bai' kami memang dijodohkan tapi aku sangat mencintainya.. Tapi, kak bai'.. Ah sudah lah" tutur restu sambil satu tanganya menghapus air mata yg mengalir melewati pipi halusnya. Restu tersenyum berat lalu menutup dompetnya dan memasukannya dlm tas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun