Mohon tunggu...
Balqis Meira Salwa
Balqis Meira Salwa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Simbolisme Drama "Awal dan Mira" Karya Utuy Tatang Sontani: Pendekatan Intrinsik

22 Juli 2024   20:36 Diperbarui: 22 Juli 2024   21:05 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Drama "Awal dan Mira" karya Utuy Tatang Sontani adalah sebuah drama satu babak yang dipublikasikan pada tahun 1951. Drama ini berisi kritik terhadap waktu itu, tanpa ada hubungan langsung dengan suasana yang dialami sebelumnya. Suasana revolusi hanya dijadikan sebagai latar belakang dan keadaan sekarang dilihat sebagai epilognya. Persoalan yang diangkat ialah persoalan yang diakibatkan oleh revolusi dan tidak ada penyelesaian. Persoalannya masih luas terbuka. Drama ini berfokus pada tema cinta membutuhkan kejujuran dan kepercayaan dengan alur tunggal yang menggambarkan hubungan antara Awal, seorang pemuda bangsawan, dan Mira, seorang gadis cantik penunggu kedai diri kalangan rakyat jelata yang menjadi korban perang kemerdekaan. Cinta Awal begitu besar terhadap Mira karena dalam pandangannya, Mira adalah satu-satunya orang yang sempurna, tidak seperti orang-orang sekitarnya yang dianggapnya semata-mata badut. Awal yang romantik berkati-kali meminta kepada Mira untuk bertemu di luar kedai, tetapi Mira selalu menolak ajakan itu dengan berbagai alasan. Hal ini mengakibatkan Awal merasa dipermainkan Mira dan akhirnya terjatuh dalam perkelahian dengan dua pemuda lainnya, yaitu si Baju Putih dan si Baju Biru. 

Dalam drama ini, Utuy Tatang Sontani juga menampilkan kritik terhadap status sosial yang dapat menghambat cinta dan kebebasan. Awal, seorang pemuda bangsawan, tidak dapat bersama Mira karena status sosialnya yang lebih tinggi dan Mira yang berasal dari kalangan bawah. Drama ini menunjukkan bagaimana kehidupan rakyat kecil Indonesia dapat dipengaruhi oleh perang revolusi, serta bagaimana status sosial dapat menghambat cinta dan kebebasan. Drama ini tidak memiliki penyelesaian yang jelas. Cerita ini berakhir dengan terungkapnya rahasia yang dimiliki Mira selama ini, namun tidak ada penjelasan tentang kehidupan Awal dan Mira selanjutnya. Penulis tidak menyebutkan kehidupan Mira bersama Awal atau terjadinya perpisahan. 

Menurut Wallek dan Warren (1989:240) simbol secara terus menerus menampilkan dirinya. Simbol sendiri memiliki sifat mewakili sesuatu yang lain, tetapi ia juga menurut perhatian pada dirinya sendiri sebagai suatu perwujudan, membuat analogi antara tanda dan objek yang diacu. Simbolisme dalam drama "Awal dan Mira" karya Utuy Tatang Sontani. Berikut adalah beberapa contoh simbolisme yang terdapat dalam drama, yaitu sebagai berikut:

  • Kopi dan Kedai Kopi

"Entah kenapa rumah itu didirkan di sana, entah mulai kapan pula serambi muka rumah itu dibangun jadi kedai kopi. Tetapi yang sudah pasti, kedai kopi Mira itu seperti keda-kedai kopi yang lain, selain dilalati oleh perabotan-perabotan yang bersangkutan dengan keperluan penjualan kopi, di sana juga ada disediakan barang-barang dagangan kue yang sudah biasa dijual di kedai kopi. Ada kue-kue, ada limun, ada sigaret, geretan, dan sebagainya. Dan seperti juga kedai-kedai lain, di depan kedai kopi Mira itu pun ada bangku panjang tempat duduk para pembeli, dan antara ruangan kedai dan bangku panjang itu terhalang oleh rak meja dan rak dagangan setinggi dada dan tidak ada pintu." (hal 1-hal2)

Kedai kopi milik Mira digunakan sebagai latar belakang utama dalam drama. Kedai ini menjadi tempat pertemuan dan interaksi antara tokoh-tokoh utama, termasuk Awal dan Mira. Kedai kopi juga dapat diartikan sebagai tempat yang menyatu dengan kehidupan sehari-hari, menunjukkan bagaimana perjuangan dan cinta dapat terjadi di dalam kehidupan yang sederhana. Kopi sendiri dapat diartikan sebagai simbol kehidupan yang penuh dengan rasa dan perasaan. Mira, yang menjual kopi, dapat dianggap sebagai simbol perempuan yang menyediakan kehidupan dan perasaan bagi orang lain.

  • Kekurangan Fisik Mira

"Kakiku buntung. Buntung karena peperangan." (hal 54)

Kekurangan fisik Mira, yaitu kaki yang buntung, menjadi simbol dari penderitaan dan kesulitan yang dialami oleh banyak orang selama masa revolusi. Kekurangan ini juga menunjukkan bagaimana cinta dan kejujuran dapat tetap ada meski dihadapkan dengan kesulitan. Kekurangan fisik Mira juga dapat diartikan sebagai simbol dari kecacatan yang tidak dapat dihindari, menunjukkan bahwa kehidupan dapat penuh dengan rintangan yang harus dihadapi.

  • Perang dan Penderitaan

"Ya, Mas," kata Mira seraya menyapu-nyapu air mata di pipi, "inilah kenyataanku. kakiku buntung. buntung karena peperangan. Tetapi lantaran inilah, Mas, lantaran ke atas aku cantik dan ke bawah aku cacat, selama ini aku bagimu merupakan teka-teki. Tetapi sekarang..." (hal 54)

Perang yang terjadi di latar belakang drama menunjukkan bagaimana penderitaan dan kesulitan dapat menghantui kehidupan manusia. Simbol ini menggambarkan bagaimana perjuangan dan cinta dapat tetap ada meski dihadapkan dengan penderitaan. Mengungkapkan gejolak emosi Mira, saat ia terlihat menyeka air matanya. Mira menyebutkan bahwa kakinya lumpuh, yang menyiratkan bahwa ia telah menderita cedera fisik akibat perang. Mira merenungkan penampilan fisiknya, menyatakan bahwa dia cantik di atas lutut tetapi cacat di bawah. Kutipan tersebut juga menunjukkan bahwa perjuangan Mira terkait dengan hubungannya dengan tokoh Mas. Ia menyebutkan bahwa dirinya merupakan misteri bagi sang tokoh, yang menyiratkan bahwa hubungan mereka menjadi rumit karena kondisi fisiknya. 

DAFTAR PUSTAKA

  • Sotani, Utuy Tatang. (2011). Awal dan Mira: Drama Satu Babak. Jakarta: PT Balai Pustaka.
  • Wallek, Rene dan Werren, Austin. (1989). Teori Kesusastraan. Jakarta: PT. Gramedia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun