Mohon tunggu...
Anna R.Nawaning S
Anna R.Nawaning S Mohon Tunggu... Konsultan - Writer , Sociopreneur , Traveler and Education Enthusiast

Menulis -/+ 40 buku solo dan antologi-fiksi dan non fiksi diterbitkan oleh berbagai penerbit. Sertifikasi Penulis Non Fiksi BNSP http://balqis57.wordpress.com/about

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

[Resensi Film] Toba Dream : Penuh Konflik dan Kaya Hikmah

24 November 2015   20:11 Diperbarui: 24 November 2015   20:42 846
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Keberhasilan itu bukan karena kau sudah bisa jadi orang kaya. Keberhasilan itu karena kau sudah bisa jadi orang baik.”


Ucapan bijak tersebut keluar dari mulut seorang Ayah yang sedemikian memperhatikan anak-anak-nya namun tidak dapat menunjukkan kasih sayangnya langsung ke ketiga anaknya sehingga mereka dewasa.

Toba Dream, menjadi salah satu nominasi film terbaik Festival Film Indonesia 2015. Masih ada 4 nominasi yang di dapat oleh film yang kental dengan nuansa Indonesia tercinta ini, yakni : Pemeran Utama Terbaik yang diperankan oleh Vino G Bastian (Sebagai Ronggur, anak sulung Tebe), Pemeran Pendukung Pria Terbaik (Mayhias Muchus sebagai Tebe, seorang sersan mayor yang memiliki semangat juang dan idealis nan tinggi terhadap bangsa dan negara walaupun sudah pensiun), Benni Setiawan meraih nominasi sebagai sutradara terbaik dan juga penulis skenario adaptasi terbaik. Hasilnya yang diumumkan Senin malam 23 November 2015, Mathias Muchus meraih Piala Citra tersebut. Ya Mathias Muchus yang memang merupakan real aktor Indonesia selalu menampilkan diri dalam berbagai peran sebaik mungkin di setiap film yang terlibat di dalamnya.

Kisah film ini dimulai ketika Sersan Mayor Tebe pensiun dan keluar dari rumah dinasnya di Jakarta. Sebagai TNI yang tidak memiliki pendapatan lainnya Tebe tidak memiliki kekayaan, hanya ada rumah kenangan masa kecilnya yang ditempati oleh ibu kandungnya di pinggir Danau Toba Sumatera Utara. Keluarga tersebut boyong ke desa. Menyusun masa depan baru. Ronggur, anak pertama Tebe selalu bertentangan pendapat dengan ayahnya. Menurutnya masa depan yang baik atau kesuksesan hanya bisa di dapatkan di kota besar seperti Jakarta. Bagi Ronggur kebahagiaan dan kesuksesan adalah apabila semua kekayaan materi telah di raih. Namun ayahnya justru mengatakan bahwa Ronggur tidak memiliki pekerjaan, kuliahnya juga tidak diselesaikan. Ada dendam di diri Ronggur terhadap perlakuan ayahnya terhadapnya sejak lahir, justru Ronggur dekat dan sayang terhadap ibu-nya yang berbeda watak dan adat dari ayahnya. Sang Ibu seorang wanita Jawa yang lembut, sabar dan penuh pengertian mendidiknya sehingga ketika ibu-nya memohon kepadanya agar ia turut pindah ke kampung halaman ayahnya Ronggur menjadi luluh. Ronggur pamit kepada kekasihnya, Andini yang berlatar Jawa dan dari keluarga berada.

Dibantu oleh Togar, saudara sekaligus teman di masa kecil Ronggur kembali ke Jakarta. Dari jasa seorang temannya dia bekerja sebagai sopir taksi. Hingga akhirnya konflik dengan keluarga Andini terjadi, namun akhirnya Andini dapat diboyong oleh Ronggur ke kampung halaman ayahnya untuk menikah. Saat konflik dengan keluarga Andini itu-lah keadaan dan harga diri memaksa Ronggur menjadi bagian dari mafia narkoba tingkat tinggi.
Konflik demi konflik terjadi dalam cerita Toba Dream. Namun semuanya tersusun rapih, mengalir dan tidak terkesan “drama queen” ala film atau sinetron picisan. Padahal kalau kita amati sebenarnya konflik itu terkesan klise, yakni : ketidak cocokkan anak pria dengan ayahnya yang sama-sama keras kepala, orang tua kekasih yang tidak setuju dengan sang pria karena dianggap tidak sederajat dengan anak wanita-nya, perbedaan agama dalam suatu pernikahan, jebakan di komplotan narkoba. Danau Toba digambarkan begitu indah dengan adat istiadat masyarakat yang tinggal di lingkungan tersebut, namun selama hampir 2,5 jam penonton tidak merasa disuguhi film dokumenter zaman kita sekolah dasar. Semua rangkaian konflik di film ini justru menambah kekayaan hikmah pribadi kita. Bagi kita yang mau berpikir loh...hehehe...

Benar-benar film yang layak tonton, bahkan saya berani mengatakan bahwa film ini lebih baik daripada film Holywood umumnya....Ah rasa-nya nggak akan rugi andaikan kita membayar tiket untuk menyaksikan film seperti Toba Dream. Demi memajukan perfilman Indonesia yang tidak menjual mimpi atau adegan pornografi. Apalagi semua pemain di film berperan dengan baik – termasuk Ramon Y Tungka yang biasanya di film kebanyakan berperan sebagai “anak nakal”, di Toba Dream dia menampilkan sosok kakak yang bertanggung jawab sekalipun sikap “nakal”-nya masih muncul. Ronggur dan Andini?? Wow, chemistry-nya dapet banget...secara gitu mereka memang beneran suami istri. Sedangkan Haykal dengan “leluasa”-nya berperan sebagai pastor yang pastinya sangat berbeda dengan kehidupannya sehari-hari. Jajang C Noer, saya sudah 2 film menyaksikannya sebagai wanita tua Batak (Film sebelumnya 3 Nafas Likas). Jajang C Noer yang asal Sumatera Barat dan kesehariannya nampak muda justru sangat baik memerankan wanita tua asal Batak. Musik film juga oke karena di garap oleh world musisi yang juga berasal dari Tanah Batak, Vicky Sianipar.

Film Toba Dream telah ditayangkan di bioskop bulan April 2015. Saya baru menyaksikannya bersama Kompasianers di XXI Plaza Indonesia tanggal 19 November 2015. Semoga segera ada stasiun televisi menanyangkan film berkualitas baik yang satu ini :)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun