Mohon tunggu...
Anna R.Nawaning S
Anna R.Nawaning S Mohon Tunggu... Konsultan - Writer , Sociopreneur , Traveler and Education Enthusiast

Menulis -/+ 40 buku solo dan antologi-fiksi dan non fiksi diterbitkan oleh berbagai penerbit. Sertifikasi Penulis Non Fiksi BNSP http://balqis57.wordpress.com/about

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Jelajah Kacang Tanah di Nusantara

26 April 2023   22:56 Diperbarui: 26 April 2023   22:59 839
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nusantara memang negara kaya raya berdaya sejak zaman dahulu kala hingga kini Indonesia berjaya. Belum sampai membicarakan mengenai kekayaan alam dahulu deh, ini meninjau kuliner-nya saja sampai "begah".
Indonesia merupakan surga kuliner  buat saya yang suka makan, dan males masak. Bukan berarti gak bisa masak lezat, namun untuk masak masakan khas daerah tertentu, saya lebih cocok orang yang memasak adalah orang dari daerah asal makanan tersebut. Taste ala ilmu gastronominya bisa di dapatkan. Setelah makan nggak hanya bisa komentar, "Enaaaaak...". Harus bisa kasih apresiasi secara benar dan makan secara mindful. Sungguh kita harus menikmatinya.
Saya termasuk orang yang bersedia jauh ke suatu tempat untuk mencicipi makanan tersebut. Namun saya juga termasuk ketat dalam urusan kebersihan makanan tersebut. Jika ada makanan yang terkenal akan kelezatannya, namun tempat, lingkungan atau penjualnya tidak bersih, maka selera makan akan drop. Ini sebenarnya yang harus menjadi perhatian khusus lembaga-lembaga terkait kepada UMKM atau penjual makanan rumahan yang belum mendapatkan sertifikasi halal.

Berbicara mengenai "Jelajah Kuliner Nusantara" bukanlah sekedar berjalan dan jajan menikmati menu yang dijajakan. Banyak sejarah dibalik makanan yang lezat itu,khususnya cerita tentang perjalanan bahan pangan itu hingga akhirnya menjadi makanan lezat nikmat serta terkenal di Nusantara.  Jelajah Kuliner Nusantara bukan sekedar berbicara makanan, namun juga menikmati dan mempelajari social culture suatu daerah makanan itu.

Dok. National Geographic Indonesia 
Dok. National Geographic Indonesia 

Cerita Tentang Kacang Tanah Bahan Bumbu Sate, Gado Gado dan Pecel.
Hampir semua masyarakat Indonesia, khususnya Jawa mengetahui atau bahkan makan Sate, Gado Gado dan Pecel. Mereka mengerti bahwa makanan ini adalah beberapa dari makanan khas Indonesia. Ketiga makanan ini bumbu atau sauce-nya berbahan kacang. Tahukah mereka mengenai sejarah kacang tanah yang digunakan pada makanan-makanan yang sangat populer di Indonesia ini?
Kacang tanah diyakini dibawa oleh orang-orang Cina, saat wilayah Nusantara masih berbentuk kerajaan.  Tahun 1596  para pedagang dari Tionghoa sudah bekerja sama dengan kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara.
Diperkirakan kacang tanah telah ada di Nusantara pada abad ke-17. Herbarium amboinense edisi 1741-1750 karya Georgius Eberhard Rumphius , ahli botani di zaman Hindia Belanda menjelaskan bahwa tanaman kacang tanah tumbuh subur di wilayah Maluku.
Ary Budiyanto, Antropolog dan Peneliti Kuliner Universitas Brawijaya dalam acara webinar Djedjak Katjang Tjina di Noesantara tahun 2021 menjelaskan bahwa Rumphius saat berkeliling Indonesia Timur (Sulawesi, Ambon, Ternate, Tidore, dll) menjumpai kacang itu di akhir abad 17 - awal 18.

Abraham Jacob van der Aa pada buku Nederlands Oost-Indi of Beschrijving der Nederlandsche bezittingen in Oost-Indi menjelaskan tentang orang-orang Cina dan Jawa pada abad ke-19 kerap kali memanfaatkan kacang untuk diekstraksi, lalu diambil minyaknya. Cara membuatnya adalah kacang diambil dari dalam tanah, dicuci bersih dan dikeringkan, lalu dipipil dan dikeringkan lagi. Setelah kering, kacang diuapi dan dipres untuk diambil minyak nya.
Ada pula versi cerita  kacang tanah masuk  ke Indonesia di abad ke-17. Diprediksi pembawanya adalah pedagang-pedagang Spanyol, Cina, atau Portugis yang melakukan pelayaran dari Meksiko ke Maluku, selepas tahun 1597.

Abraham Jacob van der Aa dalam buku Nederlands Oost-Indi of Beschrijving der Nederlandsche bezittingen in Oost-Indi menguraikan bahwa orang-orang Cina dan Jawa pada abad ke-19 ini paling sering memanfaatkan kacang untuk diekstraksi dan kemudian diambil minyaknya. Cara pembuatannya, van der Aa uraikan, kacang setelah diambil dari dalam tanah, dicuci bersih dan dikeringkan sebentar, lalu dipipil dan dikeringkan lagi. Setelah cukup kering, kacang diuapi dan dipres untuk diambil minyak nya.
Minyak kacang dahulu banyak digunakan untuk memasak, menggoreng dan menumis seperti umumnya minyak kelapa
atau minyak sawit pada masa sekarang.
Minyak kacang awal abad ke-19 dijadikan sebagai salah satu dari syarat sajen manten  bernama Sajen Majang Patanen, yaitu kewajiban membawa 2 gendul (botol) minyak kacang. Sedangkan untuk keperluan sajen ruwatan cukup membawa 1 gendul kebak (penuh) minyak kacang.
Minyak kacang sudah menjadi industri yang besar di abad 18 sampai 19.

Ada berbagai cerita tentang perjalanan / jelajah kacang ini di Nusantara hingga masa sekarang.  Setelah digunakan sebagai bahan minyak, akhirnya berkembang masuk ke menu makanan Jawa sebagai alternatif dari wijen yang gurih namun harganya tinggi, kemiri yang pucat atau alternatif kacang lainnya sebagai saus pecel.
Menarik ya cerita perjalanan bahan makanan atau rempah hingga tersaji di meja makan kita? Mungkin diantara kita banyak yang tidak peduli, tetapi ini semua bisa digali lebih dalam hingga wisata kuliner di Indonesia lebih menarik serta semakin kaya cerita. Mari kita bersama mendengar dan membaca sejarah cerita perjalanan rempah atau kuliner masuk ke Indonesia agar wisata kuliner Indonesia lebih kaya, tidak sekedar antri, makan dan berlalu tanpa kesan tambah.

Referensi :
Website National Geographic Indonesia dan Instagram

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun